Jakarta (pilar.id) – Fase puncak ibadah haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina menghadapi sejumlah masalah yang berdampak buruk pada jemaah. Layanan yang disediakan oleh Mashariq, yang bertanggung jawab atas hal tersebut, tidak dapat dilaksanakan secara optimal sehingga merugikan jemaah.
Beberapa permasalahan yang muncul meliputi masuknya jemaah non-kuota ke tenda Arafah, keterlambatan pemberangkatan dari Muzdalifah menuju Mina yang membuat jemaah kepanasan, masalah saluran air bersih dan sanitasi di Mina, serta keterlambatan pelayanan makanan bagi jemaah haji.
“Kita tahu, kemarin, baik di Arafah, Muzdalifah, maupun Mina, banyak persoalan yang terkait dengan pelayanan yang diberikan oleh pihak Mashariq atau perusahaan yang ditunjuk pemerintah Arab Saudi,” ujar Menag Yaqut usai menggelar Koordinasi Persiapan Layanan Pascaarmina di Makkah, Minggu (2/7/2023).
Dua hari yang lalu, lanjut dia, pihaknya bertemu dengan Menteri Haji, untuk menyampaikan beberapa persoalan saat puncak haji. “Sebelumnya, kita juga menemui Mashariq untuk melakukan protes yang keras atas pelayanan yang mereka berikan,” tambahnya.
Pertemuan antara Menag Yaqut dan Menteri Haji dan Umrah Arab Saudi, Taufiq F Al-Rabiah, telah berlangsung pada 30 Juni 2023 di Kantor Kementerian Haji dan Umrah.
Pertemuan tersebut dilaksanakan di ruang Menteri Taufiq. Setelah pertemuan, keduanya bersama-sama menghadiri Haflatul Hajj Al-Khitami, perayaan penutupan penyelenggaraan ibadah haji. Acara tersebut dihadiri oleh sejumlah menteri dan delegasi dari berbagai negara pengirim jemaah haji dengan tema ‘Khitaamuhu Misk’.
Menurut Menag Yaqut, Kementerian Haji dan Umrah Saudi Arabia berkomitmen untuk membantu Kementerian Agama Indonesia. Menteri Haji dan Umrah Arab Saudi, Taufiq F Al-Rabiah, bahkan menyatakan bahwa dirinya juga merasakan sakit atas kondisi yang dialami oleh jemaah haji Indonesia.
“Saya mengutip pernyataan Menteri Haji. Saya juga merasakan sakit seperti yang anda rasakan. Begitu katanya kepada saya, dan saya memohon maaf atas kejadian yang tidak mengenakan ini. Insya Allah ini akan menjadi kejadian yang terakhir kalinya,” ujar Menag Yaqut menirukan ungkapan dari sahabatnya, Taufiq F Al-Rabiah. Ia juga menegaskan bahwa Kementerian Haji dan Umrah berkomitmen untuk menyelesaikan masalah ini.
“Kenal betul Pak Menteri (Taufiq F Al-Rabiah) ini punya komitmen kuat. Maka saya optimis, perbaikan-perbaikan akan terjadi dalam pelaksanaan haji tahun depan,” tambahnya.
Hasil pertemuan antara kedua menteri tersebut akan diikuti dengan pertemuan antara tim dari Kementerian Agama Indonesia dan Kementerian Haji dan Umrah Saudi Arabia pada hari ini. Kedua belah pihak sepakat untuk melakukan investigasi terhadap beberapa permasalahan yang muncul, baik di Arafah, Muzdalifah, maupun Mina.
“Kita telah membentuk tim bersama yang akan melakukan investigasi, dan insya Allah hasilnya akan kita dapatkan dalam waktu seminggu atau paling lama dua minggu ke depan,” jelas Menag Yaqut.
Ketua Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi 1444 H, Subhan Cholid, juga menyampaikan hal yang serupa. Menurutnya, Pemerintah Arab Saudi telah meminta maaf kepada Kementerian Agama Indonesia. Mereka berjanji untuk melakukan investigasi, dan hasilnya akan disampaikan dalam waktu satu atau dua minggu ke depan.
“Kita menunggu hasil investigasinya. Mengapa (di Armina) bisa terjadi seperti itu, apa penyebabnya, itu yang kita tunggu,” jelas Subhan.
Terkait dengan kompensasi kerugian, Subhan menegaskan bahwa pihaknya masih menunggu hasil investigasi dari Pemerintah Arab Saudi. Layanan di Armina merupakan bagian dari layanan mandatori yang disediakan oleh pemerintah Arab Saudi.
“Kita akan menunggu hasil investigasinya. Apakah akan ada ganti rugi atau tindakan lainnya, itu akan kita lihat setelah mendapatkan hasil investigasinya,” kata Subhan.
Menag Yaqut Cholil Qoumas berkomitmen untuk meningkatkan pelayanan saat memasuki fase akhir penyelenggaraan ibadah haji tahun ini, yaitu pemulangan jemaah. Proses pemulangan jemaah akan dimulai pada tanggal 4 Juli hingga 2 Agustus 2023.
Pemulangan akan dilakukan dalam dua gelombang. Jemaah yang diberangkatkan dalam gelombang pertama akan kembali melalui Bandara Internasional King Abdul Aziz, Jeddah. Tahap ini akan berlangsung dari tanggal 4 hingga 18 Juli 2023.
Sementara itu, jemaah haji yang berangkat dalam gelombang kedua akan terlebih dahulu menuju Madinah mulai tanggal 10 Juli 2023. Mereka akan tinggal di Madinah selama delapan atau sembilan hari. Proses pemulangan mereka dari Bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz Madinah akan berlangsung dari tanggal 19 Juli hingga 2 Agustus 2023.
“Pascaarmina, insya Allah kita akan meningkatkan pelayanan yang kita berikan, mulai dari konsumsi, bus shalawat, akomodasi, dan semua yang terkait dengan pelayanan yang harus diberikan oleh pemerintah Indonesia melalui Kementerian Agama dan Kementerian Kesehatan. Kita akan melaksanakan tanggung jawab ini dengan sepenuh hati dan sebaik mungkin,” jelas Menag Yaqut.
“Saya mohon doa dari rekan-rekan wartawan dan seluruh masyarakat Indonesia agar upaya perbaikan layanan yang kita lakukan bersama dengan pemerintah Saudi Arabia dapat tercapai sesuai harapan kita,” tandasnya. (hdl)