Jakarta (pilar.id) – Wakil Presiden RI Ma’ruf Amin menerima penghargaan Kategori Pejuang NU Sub Kategori Rais ‘Aam. Penghargaan ini diberikan dalam Anugerah Satu Abad Nahdlatul Ulama di Teater Tanah Airku, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Senin (31/1/2023) malam.
Menanggapi penghargaan ini, Ma’ruf mengatakan, jadi Rais Aam adalah tugas perbaikan. “Dan hal tersebut merupakan tugas kemanusiaan yang diteladankan Rosulullah Muhammad SAW yakni melakukan perbaikan pada kehidupan manusia. Maka langkah dan kegiatan NU harus mengedepankan langkah yang bersifat perbaikan,” jelasnya.
Perbaikan yang dimaksud, kata Ma’ruf, didasarkan pada faham ahlussunnah wal jamaah, yang selama ini menjadi dasar cara berfikir NU.
“Bahwa karakter fikrah nahdiyah adalah cara berfikir yang moderat, dinamis bersifat perbaikan, dengan segala metode dan landasan yang digunakan serta batasan-batasannya,” terangnya.
Landasan berfikir yang dilakukan NU adalah untuk mengentas berbagai masalah keagamaan, masyarakat politik, sosial, ekonomi dan budaya.
“Kalau bahasa saya Santrinisasi umat. Supaya berpikir dan berperilaku seperti santri. NU tidak melakukan Islamisasi tapi Santrinisasi umat Islam yang cukup besar,” tegasnya.
Sejak 1938, NU terus berupaya untuk membangun umat melalui pendirian koperasi yang memiliki budaya korporasi atau corporate culture.
Adapun budaya tersebut ialah kejujuran, amanah memenuhi janji dan saling membantu. “Ini adalah corporate culture NU pasca tahun 1938. Keadilan dan konsistensi dalam menjalankan amanah perlu dikembangkan sehingga menjadi kekuatan dan menjadi upaya pensejahteraan,” kata Ma’ruf lagi.
NU, lanjutnya, juga menjadikan prinsip Hubbul Wathon Minal Iman sebagai prinsip panutan. Semangat ini terus digaungkan sebagai spirit dalam rangka mencintai tanah air yang didalamnya terdapat upaya menjaga NKRI dari segala macam ancaman. “Ini adalah tugas NU. Ini juga terangkai dengan 1 abad NU,” tandasnya. (usm/hdl)