Jakarta (pilar.id) – Johnny Gerard Plate, Menteri Komunikasi dan Informatika Indonesia, kembali mengingatkan pentingnya transformasi digital di segala bidang, khususnya di industri media.
“Kebutuhan berinovasi tidak pernah lebih tinggi dari sebelumnya,” tegas Johnny, saat membuka sesi dua Konvensi Nasional Media Massa Hari Pers Nasional 2022 ‘Membangun Model Media Massa yang Berkelanjutan’, Selasa (8/2/2022) siang.
Sebelumnya ia menjelaskan fenomena penurunan jumlah pengguna di beberapa platform media, seiring pertumbuhan digitalisasi media.
Pembaca media cetak, kata Johnny, turun 50 persen. Sementara televisi turun 24 persen, dan pendengar radio turun 19 persen. Sementara pengguna media desktop naik 25 persen, dan pengguna media seluler naik lebih dari 460 persen.
“Pertumbuhan arus data membuat perusahaan melakukan identifikasi audience secara lebih akurat,” ingatnya. Identifikasi ini jadi lebih mungkin dengan memanfaatkan teknologi digital.
Munculnya teknologi artificial intelligence (AI), kata Johnny, memungkinkan terjadinya personalisasi produk dan audience.
Di masa depan, tantangan teknologi digital semakin menguat. Salah satu indikator, 2019, traffic data setiap pengguna layanan 5G per bulan rata-rata sudah mencapai 11,7 GB. Pada tahun 2028 diproyeksikan meningkat 725 persen.
“Pada masa itu diprediksi pula bahwa konten informatif, inovatif, dan kreatif, yang berbentuk audio vidual, video berkualitas tinggi, augmented reality, virtual reality, extended reality, dan lainnya, akan mendominasi 90 persen traffic data berbasis 5G,” jelasnya.
Kemajuan ini akan memberi pengaruh besar pada industri media konvensional dan media mainstream kita. Orientasi industri media yang baik, lanjutnya, tercermin dalam jurnalisme yang berkualitas. Dimana kualitas ini berdasarkan data dan analisis berbasis teori yang memadai.
Di era digital seperti sekarang, kemajuan teknologi seperti big data, AI, metaverse, berpeluang akan memperkaya konten media dan distribusi media.
Sebagai contoh, menurut The NewYork Times, sepertiga konten Bloomberg News dibuat dengan bantuan AI atau robot reporters. Ini memudahkan jurnalis bisa lebih fokus pada konten riset, data, dan humanisme yang kuat.
Selain itu The Huffington Post (HuffPost) memanfaatkan big data sejak 2014 untuk optimalisasi konten, autentifikasi komentar, memastikan efektivitas iklan, mengatur penempatan iklan, dan lain sebagainya.
“Big data digunakan untuk menetukan timing yang paling tepat untuk menerbitkan artikel. Platofrm apa yang tepat untuk menerbitkan artikel itu,” tambah Johnny mengutip studi Writer Institute.
Metaverse memungkinkan munculnya model bisnis baru industri media. 2003, telah muncul platform Second Life, yakni komunitas virtual yang memungkinkan pengguna memunculkan avatar dan berinteraksi secara virtual.
Lalu munculah Second Life Environ, surat kabar online iklan yang memungkinkan komunitas ini memunculkan produkatau iklan online secara virtual.
“Pemerintah terus berusaha, khususnya Menkominfo, memastikan fair level of playing field dan co eksitensi antar pemangku kepentingan, salah satu tujuannya untuk menjembatani orientasi bisnis dan jurnalistik agar kemajuan dan kemanfaatan teknologi digital berjalan secara optimal, serta manfaatnya bisa dirasakan masyarakat,” jelas Johnny.
Untuk itu penting punya payung hukum dan regulasi.Seperti UU No 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja sekarang masuk yudicial review di MK. Secara substansi, jelasnya, UU ini mempercepat proses digitalisai media broadcasting. Sehingga konten informasi bisa terdigitalisasi, cakupan pun bisa lebih luas dan kualitas siaran lebih baik.
Indonesia juga punya UU ITE dan perubahannya, peraturan transaksi elektronik, hingga aturan tentang penyelenggara elektronik lingkup privat.
Johnny kemudian mengingatkan, dalam Hari Pers Nasional 2021, Presiden Joko Widodo memberikan arahan agar mengkaji regulasi untuk menjaga hubungan antara media massa, publisher, dan platform digital, serta co eksitensi ekositem media di Indonesia yang memungkinkan terjadinya konvergensi dan play field yang adil di ruang digital, antara media digital dan media baru.
“Kami akan mengkaji payung hukum yang sesuai untuk menjadi substansi jurnalisme berkualitas dan tanggung jawab platform digital, sebagai dasar regulasi primer, dengan memperhatikan draft usulan regulasi Publisher Rights yang disampaikan Dewan Pers bersama Task Force Media Sustainability Oktober 2021 lalu,” kata Johnny. (hdl)