Jombang (pilar.id) – Berziarah ke makam leluhur menjadi salah satu tradisi yang terus hidup di masyarakat Indonesia saat menjelang bulan Ramadhan tiba.
Tak sedikit, masyarakat yang juga menyempatkan diri berziarah ke makam para ulama dan pahlawan Indonesia jelang memasuki Ramadhan.
Rabu (22/3/2023) hari ini, keramaian juga masih menyelimuti kawasan makam tiga tokoh pendiri Nahdlatul Ulama (NU) yang ada di Kabupaten Jombang.
Anak-anak, remaja, hingga orang-orang dewasa silih berganti memasuki kawasan makam tiga tokoh pendiri NU, Kyai Hasyim Asy’ari, Kyai Abdul Wahab Chasbullah, dan Kyai Bisri Sansuri.
Terik matahari yang menyengat tak menyurutkan minat para peziarah untuk mendatangi makam para tokoh ulama dan pejuang Kemerdekaan Indonesia tersebut.
Mereka datang dari berbagai kota, dengan menggunakan beragam moda transportasi mulai bus pariwisata, bus mini elf, mobil, hingga sepeda motor.
Tampak belasan anak-anak remaja yang mengenakan baju bertuliskan MA Sunan Ampel, Plosoklaten, Kediri di bagian punggung berdoa dengan khusuk di pelataran utara Masjid Pondok Pesantren Mambaul Ma’arif, Denanyar, Jombang.
Mereka melantunkan doa dan dzikir dengan khusuk menziarahi makam Kyai Bisri Sansuri yang juga kakek dari Presiden Indonesia ke-3, Abdurrahman Wahid atau Gus Dur dari pihak ibu.
Di makam Kyai Abdul Wahab Chasbullah, tampak sepasang suami istri yang datang mengendarai sepeda motor dan berziarah di kawasan makam Pondok Pesantren Bahrul Ulum, Tambak Besar, Jombang.
Ibu muda tersebut terlihat menggendong anaknya yang terlelap dalam tidur saat perjalanan menuju makam.
”Kami tidak bisa pulang ke Pasuruan untuk berziarah ke orang tua dan leluhur. Setidaknya, kami ingin menggantinya dengan berziarah ke makam para pendiri NU yang ada di Jombang,” terang ibu muda bernama Syarifatul, 28 tahun itu.
Dari ketiga kawasan makam para pendiri Nu tersebut, kawasan pemakaman Pondok Pesantren Tebuireng menjadi yang paling ramai dikunjungi para peziarah.
Dimana, disana bersemayam jasad Hadratus Syeh, KH Hasyim As’ari, KH Wahid Hasyim, dan Presiden Indonesia ke-3, KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur bersama para dhurriyah yang lain. Naa