Jakarta (pilar.id) – Kasus dugaan perselingkuhan antara Guiddo Ilyasa yang merupakan suami sah Amanda Zahra dengan Arawinda Kirana hingga saat ini masih terus menjadi perhatian warganet. Kasus tersebut kembali jadi perhatian setelah pihak Kite Entertainment selaku agensi Arawinda memberikan klarifikasi resmi.
Namun, bukannya menyelesaikan masalah, klarifikasi tersebut justru dinilai menambah masalah baru. Kite Entertainment dinilai tidak trasparan dan hanya ingin melindungi Arawinda. Selain itu, penggunaan istilah Love Bombing oleh Kite Entertainment untuk membela perilaku Arawinda juga menjadi perhatian khusus dari para netizen.
Kite Entertaimnet menyebut bahwa kliennya, Arawinda juga merupakan korban dari Guiddo Ilyasa yang telah melakukan love bombing. Lalu, apa sebenarnya maksud dari istilah love bombing tersebut?
Seperti namanya, love bombing merupakan istilah untuk menggambarkan perilaku seseorang yang memberikan perhatian, kasih sayang, cinta, hadian, serta janji-janji manis secara terus-menerus.
Sehingga, pihak yang diberikan perhatian dan cinta tersebut akan dibombardir dan merasa dinomor satukan. Tujuan dari love bombing ini, adalah untuk memanipulasi emosiolan seseorang sehingga pelakunya bisa mendapatkan kontrol atas orang lain.
Perilaku love bombing ini, bisa digunakan sebagai salah satu strategi untuk menjalin hubungan. Namun, pelaku love bombing biasanya memiliki niatan tersembunyi di balik semua kasih dan perhatian yang ia berikan di awal untuk korban.
Perilaku love bombing ini juga kerap kali sulit untuk bisa dikenali oleh korban. Sebab, dengan menerima perhatian dan bentuk ungkapan cinta yang berlebihan, korban bisa saja menilai bahwa apa yang dilakukan oleh pelaku love bombing memang tulus.
Perilaku love bombing juga bisa menyebabkan tindakan manipulatif dari si pelaku. Sebab, korban yang telah menerima perlakukan love bombing akan merasa terbebani dan tertekan. Ia secara sadar atau tidak, kemudian akan menuruti permintaan dari pelaku love bombing.
Bagi korban, perilaku love bombing ini bisa menimbulkan kekecewaan yang berat jika di kemudian hari, pelaku secara tiba-tiba meninggalkannya karena telah mendapat apa yang dia inginkan.
Selain itu, korban love bombing juga bisa berada dalam posisi tertekan sepanjang waktu karena merasa harus selalu menuruti permintaan dari pelaku akibat telah menerima pemberian sebelumnya.
Di sisi lain, pelaku love bombing juga kerap kali menuntut perhatian dan waktu korban secara berlebihan sesuai dengan keinginannya. Pelaku pun cenderung merasa bahwa apa yang ia tuntut dari pasangan merupakan hal wajar karena juga telah memberikan hal serupa kepada korban. (fat)