Jakarta (pilar.id) – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Indonesia (BMKG) menjelaskan, gempa di Mentawai Sumatera Barat terjadi pada pukul 03.00 WIB. Semula gempa tersebut diperkirakan berkekuatan 7,3 SR, berkedalaman 84 Km. Kemudian, berdasarkan parameter update gempa berkekuatan 6,9 SR, dan berkedalaman 23 Km.
“Gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal, akibat adanya aktivitas subduksi lempeng Indo Australia,” kata BMKG Dwikorita Karnawati, di Jakarta, Selasa (25/4/2023).
Hingga pukul 05.45 WIB, lanjut Dwikorita, telah terjadi aktivitas gempa bumi susulan atau aftershock sebanyak 10 kali, dengan magnitudo terbesar M5,0. Adapun dampak gempa bumi dirasakan oleh semua penduduk di Siberut, Sumatra Barat, dengan intensitas VI MMI.
“Kebanyakan semua terkejut dan lari keluar, plester dinding jatuh, dan beberapa bangunan alami kerusakan ringan,” kata Dwikorita.
Dampak gempa bumi juga dirasakan di Pasaman Barat, Padang, Pariaman, AGam, dan Padang Sumatra Barat dengan intensitas V MMI. Artinya getaran yang dirasakan hampir semua penduduk, dampaknya gerabah pecah dan barang-barang terpelanting.
Lebih lanjut, gempa bumi ini berpotensi tsunami. Daerah dengan status waspada, yaitu ketinggian maksimum 50 M diprediksi Nias Selatan, Pulau Tanah Bala Sumatra Utara. “Berdasarkan hasil pengamatan tinggi muka laut, tercatat ketinggian tsunami di lokasi Tanah Bala pada pukul 03.17 WIB dengan ketinggian tsunami 11 cm,” jelas Dwikorita.
BMKG, imbuh Dwikorita, mengimbau agar masyarakat tetap tenang, mengingat peringatan tsunami berakhir. Meski demikian, masyarakat tetap diimbau untuk berhati-hati dan menghindari wilayah pantai dan bangunan yang retak.
“Periksa dan pastikan bangunan tempat tinggal anda cukup tahan gempa atau tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yang dapat membahayakan kestabilan bangunan,” kata dia. (ach/hdl)