Jakarta (pilar.id) – Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengungkapkan bahwa sepanjang satu dekade kepemimpinan Presiden Joko Widodo, diplomasi Indonesia telah berhasil mencapai 27 perjanjian ekonomi, termasuk Perjanjian Perdagangan Bebas (PTA), Free Trade Agreement (FTA), Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA), dan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP).
Dalam Pernyataan Pers Tahunan Menteri Luar Negeri (PPTM) 2024, yang digelar di Gedung Merdeka, Bandung, Retno menyebutkan bahwa Indonesia menjalin kerja sama ekonomi dengan berbagai negara, termasuk Korea Selatan, Australia, Mozambik, Uni Emirat Arab, dan Chile.
“Diplomasi ekonomi menjadi prioritas utama selama hampir sepuluh tahun terakhir. Tujuannya jelas, yaitu mendorong pertumbuhan ekonomi, memajukan kesejahteraan rakyat, dan meningkatkan kemandirian bangsa,” kata Retno.
Dalam situasi dunia yang penuh tantangan, termasuk perang dagang AS-China, pandemi COVID-19, dan konflik Rusia-Ukraina, diplomasi ekonomi Indonesia tetap berupaya memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat.
Pada periode Januari-November 2023, perdagangan Indonesia dengan dunia mencapai 439 miliar dolar AS, meningkat 24 persen dibandingkan dengan nilai perdagangan pada 2014. Investasi asing yang masuk ke Indonesia pada Januari-September 2023 mencapai 37 miliar dolar AS, meningkat 32 persen dibandingkan dengan tahun 2014.
Menlu Retno juga menyoroti inisiatif baru yang diluncurkan untuk memperkuat kerja sama ekonomi dan pembangunan, seperti Indonesia-Africa Forum (IAF) dan Indonesia-Africa Infrastructure Dialogue (IAID) untuk kawasan Afrika.
Dalam konteks Amerika Latin dan Karibia, Indonesia menggelar Indonesia-Latin America and the Caribbean Business Forum (INA-LAC), sedangkan untuk kawasan Eropa, diadakan Indonesia-Europe Business Forum (IEBF). Forum Indo-Pacific for Development (IPFD) dibentuk untuk kawasan Pasifik, dan KTT Archipelagic and Island States (AIS) Forum fokus pada negara pulau dan kepulauan.
Diplomasi ekonomi Indonesia juga aktif di forum internasional seperti PBB, G20, dan ASEAN. Inisiatif Indonesia di G20, misalnya, menghasilkan berbagai kerja sama ekonomi konkret dengan nilai proyek mencapai lebih dari 71 miliar dolar AS.
Retno menyimpulkan, “Semua angka tersebut membuktikan bahwa selama sembilan tahun terakhir, diplomasi ekonomi Indonesia berhasil mencapai hasil yang signifikan di berbagai forum internasional”. (hdl)