Yogyakarta (pilar.id) – Sejumlah karya seniman turut meramaikan pameran NU-SA-MA-TRA yang digelar FlipFlop TV di Pendopo Ajiyasa, Jogja National Museum (JNM) Yogyakarta, Selasa (20/12/2022).
Pameran ini merupakan rangkuman pengetahuan dari kehidupan yang menghadirkan karya seni yang bisa dikenali atau didekati melalui indrawi dengan melihat, mendengar hingga merasakan dengan permainan.
Event yang diselenggarakan 20-21 Desember 2022, ini diikuti tujuh seniman yang terdiri dari individu, kolektif dan kolaboratif antaranya Sekawan Project, Anang Saptoto, Hanafi K. Sidhartha dan Mbah Atemo Wiyono, TEMPA, Studio Kilat 56, dan Agan Harahap x Broken Pitch.
“Para seniman ini menampilkan karya-karya visual yang bisa dinikmati pengunjung, khususnya anak-anak dan semua kalangan mulai dari tatapan sampai interaktif,” kata Kurator Pameran Nusamatra, Huhum Hambilly.
Lebih lanjut, Huhum menjelaskan, dalam karya dari Sekawan Project menyajikan karya interaktif yang terinspirasi dari kajian sejarah dan tradisi teknologi permainan generasi 90-an.
“Museum of Nostalgia dulu pernah ada di pameran Biennale Jogja 2022. Disini ada permainan seperti congklak, bakiak, tapak gunung yang bisa dicoba pengunjung,” ungkapnya.
Kemudian, karya Anang Saptoto dalam “Panen Apa Hari Ini” menampilkan kegiatan yang dilakukan bersama Kelompok Tani Jogja sebagai upaya mewujudkan ketahanan pangan keluarga.
“Ada foto-foto yang terinspirasi dari kehidupan petani. Lalu ada kegiatan menulis kartu pos Jalin Sahabat ke-12 yang akan dikirim ke anak-anak Taman Baca terdampak Gempa Cianjur,” ucapnya.
Selanjutnya, pengunjung akan dibuat terpukau dengan konsep Wewayangan karya Mbah Atemo Wiyono dan Hanafi K. Sidhartha yang memajang media daur ulang dan digital terkait wayang dan dolanan anak tradisional.
“Pengujung dapat melihat pertunjukkan wayang secara sinematik melalui screening proyektor dengan teknologi instalasi imersif,” tambahnya.
Bertajuk ‘Cosmic Pattern Series’, karya TEMPA menyajikan artistik ciamik dengan instalasi yang memikat. Huhum menyebut, perkembangan kognitif anak-anak bisa didorong dari karya ini sebagai media belajar.
Sementara, Studio Kilat 56 menghadirkan foto cetak analog melalui proyek seni, workshop dan pengarsipan. Selain itu, pengunjung juga dapat menggunakan jasa studio foto yang dapat dicetak dengan ukuran 5R secara gratis.
“Dan terakhir terdapat ‘Garden Gresh #9’ dimana fokus Agan Harahap x Broken Pitch mengkritisi eksistensi hewan atau satwa di hadapan krisis ekologis serta relasi kompleks dan ironis antara pasar dan kebutuhan manusia yang dikemas seperti rak di etalase supermarket,” tutupnya. (riz/hdl)