Kuningan (pilar.id) – Sektor pertanian, selama ini telah menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia. Selain juga menjadi salah satu penyuplai kebutuhan pangan nasional.
Namun, kesejahteraan petani dari hari ke hari masih sulit untuk membaik dan sejahtera. Salah satu yang menjadi hambatan adalah panjangnya rantai distribusi dari petani ke pembeli. Termasuk dengan adanya tengkulak yang lebih banyak merugikan petani.
Untuk memangkas rantai distribusi tersebut, Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) berencana untuk mengembangkan model bisnis closed loop yang ditujukan bagi para petani, khususnya di Kabupaten Kuninga, Provinsi Jawa Barat.
Rencana tersebut, disampaikan oleh Dirjen Bina Pembangunan Daerah Kemendagri, Teguh Setyabudi saat memberikan sambutan workshop pengembangan model bisnis pertanian di Kuningan, Rabu (26/10/2022)
“Kami upayakan untuk pola kerja sama kemitraan bisnis model closed loop yang tepat bagi petani,” kata Teguh yang memberikan sambutan secara dariang.
Model bisnis closed loop ini, menurut Teguh merupakan pendekatan bisnis menggunakan ekosistem digital dan teknologi informasi dalam rangka mengembangkan agribisnis yang berkelanjutan.
Dengan model bisnis tersebut, lanjut Teguh, nantinya dapat membentuk suatu rantai pasok dan rantai nilai produk hortikultura, di mana hasil pertanian akan memiliki pasarnya tersendiri.
Sehingga petani tidak lagi mencari pasar dari produk yang dihasilkannya melainkan petani didorong untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan permintaan pasar.
“Model bisnis ini diharapkan memberikan keuntungan lebih bagi para petani. Pola kerja sama kemitraan bisnis model ‘closed loop’ ini juga dalam rangka pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi,” tuturnya.
Teguh menambahkan pada workshop pengembangan model bisnis pertanian yang digelar di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Kemendagri juga akan menyaksikan penandatangan MoU antara offtaker dengan para petani.
Apalagi, lanjut Teguh, pihaknya juga akan menjadikan salah satu daerah di Kabupaten Kuningan menjadi pilot project pengembangan bisnis tersebut, dan ketika itu berhasil, mala akan ditularkan ke daerah lainnya.
“Kami juga menyusun rencana kerja, untuk tindak lanjut pengembangan bisnis model ‘closed loop’,” katanya. (fat)