Surabaya (pilar.id) – PT Pelindo Terminal Petikemas (SPTP) siap melakukan transformasi Pelabuhan Ternate di Maluku Utara dan Pelabuhan Merauke di Papua Selatan. Hal ini menyusul diterimanya serah operasi 2 pelabuhan tersebut oleh SPTP dari PT Pelabuhan Indonesia (Persero) yang berlaku efektif pada 1 September 2023.
Direktur Utama SPTP, M. Adji mengatakan, perseroan telah menyiapkan sejumlah rencana untuk meningkatkan kualitas layanan peti kemas di kedua pelabuhan tersebut. Pertama, SPTP akan melakukan penataan di dalam area terminal untuk menunjang kegiatan pelayanan peti kemas. Penataan dimaksud meliputi penataan area operasional peti kemas (zonasi), standardisasi pola operasi peti kemas dan penilaian kebutuhan peralatan pendukung kegiatan bongkar muat peti kemas.
Selain itu, SPTP juga akan memberikan pelatihan kepada para pekerja di Pelabuhan Ternate dan Merauke tentang standar operasi terminal peti kemas yang baik berbasis pada perencanaan dan pengendalian (planning and control). Hal ini dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan kompetensi pekerja sehingga dapat menunjang kinerja terminal.
Seluruh terminal peti kemas yang dikelola oleh SPTP akan memiliki standar pelayanan yang sama sesuai dengan kelas masing-masing. Hal ini akan memudahkan kontrol dan monitoring bagi SPTP selaku operator maupun perusahaan pelayaran sebagai pengguna jasa. Dengan pengoperasin terminal peti kemas yang terstandar, diharapkan pelayanan peti kemas di Pelabuhan Ternate dan Merauke menjadi lebih efektif dan efisien.
SPTP juga akan membenahi aspek keselamatan dan kesehatan kerja. Hal ini dilakukan karena pelabuhan merupakan area yang memiliki risiko kerja cukup tinggi. SPTP berharap tingkat kecelakaan kerja di Pelabuhan Ternate maupun Pelabuhan Merauke dapat diminimalkan sehingga terwujud pelabuhan dengan kecelakaan nihil atau zero accident.
Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas II Ternate, Rushan Muhammad, menyambut baik rencana transformasi Pelabuhan Ternate oleh SPTP. Ia berharap, transformasi tersebut dapat memberikan perubahan ke arah yang lebih baik. Rushan menyebut, penataan pelabuhan menjadi hal utama yang harus segera dapat diwujudkan.
“Kami harap Pelindo dapat menata Pelabuhan Ternate menjadi lebih baik. Harus diatur di mana area untuk penumpang, peti kemas, pedagang, ini semua harus diatur dengan baik, sehingga pelabuhan terlihat rapi, bersih, dan tertib,” kata Rushan.
Direktur Operasional PT Tanto Intim Line, Arfan Hani, juga menaruh harapan besar atas pengelolaan Pelabuhan Ternate dan Pelabuhan Merauke oleh SPTP. Ia menyebut, kegiatan operasional pelayanan peti kemas di dua pelabuhan tersebut masih perlu ditingkatkan.
“Kinerja bongkar muat di Pelabuhan Ternate berkisar antara 10 s.d. 1 box per jam. Untuk menangani 500 peti kemas masih membutuhkan waktu lebih dari 30 jam. Sama halnya dengan Pelabuhan Merauke, waktu untuk bongkar muat 300-350 box masih membutuhkan waktu lebih dari 30 jam,” kata Arfan.
Pengamat maritim dari Institut Teknologi Sepuluh November, Saut Gurning, menyambut baik pengoperasian terminal peti kemas dalam satu entitas subholding PT Pelindo Terminal Petikemas. Ia menilai, hal itu akan mempermudah proses perencanaan dan koordinasi sehingga setiap terminal memiliki keseragaman.
“Kinerja operasional juga perlu ditingkatkan, agar waktu kapal di terminal lebih cepat atau dipangkas, sehingga tujuan menekan biaya dan meningkatkan kinerja logistik dapat tercapai,” terangnya.
Berdasarkan data dari SPTP, arus peti kemas di Pelabuhan Ternate periode 2022 sebanyak 48.811 TEUs. Jumlah tersebut tumbuh 6 persen jika dibandingkan dengan periode tahun 2021 sebanyak 45.886 TEUs. Arus peti kemas semester 1 tahun 2023 tercatat 24.838 TEUs.
Sementara untuk Pelabuhan Merauke, arus peti kemas tahun 2022 sebanyak 40.464 TEUs tumbuh tipis dari tahun 2021 yang tercatat sebanyak 40.292 TEUs. Untuk arus peti kemas semester 1 tahun 2023 tercatat sebanyak 18.762 TEUs. (ted)