Karangasem (pilar.id) – Sejak Gunung Agung yang ada di Provinsi Bali mengalami erupsi besar tahun 2017 lalu dan mengakibatkan warga harus mengungsi, gunung berapi aktif tersebut memang belum menunjukkan aktifitas vulkanik yang berbahaya.
Meski, beberapa kali Gunung Agung juga sempat mengeluarkan erupsi pada tahun 2018 dan 2019. Dalam rangka meningkatkan kewaspadaan masyarakat di sekitar Gungung Agung, Pemerintah Kabupaten Karangasem, Bali menggelar simulasi kebencanaan pada Minggu (30/10/2022).
Simulasi kebencanaan atau gladi tersebut, dilakukan agar masyarakat memahami apa langkah-langkah yang harus dilakukan jika Gunung Agung kembali erupsi dan memunculkan potensi bencana.
Sehingga, dengan pengetahuan terkait tanda-tanda bencana, masyarakat bisa meminimalisir jatuhnya korban dan timbulnya kerugian akibat letusan Gunung Agung. Hal tersebut, disampaikan oleh Wakil Bupati Karangasem, Wayan Artha Dipa saat memimpin gladi penanganan dampak erupsi Gunung Agung di Karangasem, Minggu (30/10/2022).
“Melatih kesiapsiagaan masyarakat di lereng Gunung Agung akan ancaman bahaya erupsi mulai dari mengenal tanda-tanda akan terjadinya erupsi, evakuasi mandiri dalam rangka menyelamatkan diri ke lokasi aman dan ke tempat pengungsian, sangat penting dalam rangka mengantisipasi bencana yang kapan saja bisa terjadi,” katanya.
Wakil Bupati mengatakan bahwa kesiapsiagaan dan ketangguhan masyarakat merupakan modal penting dalam upaya penanggulangan dampak letusan gunung berapi.
Oleh karena itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Karangasem dengan dukungan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) berupaya membangun ketangguhan warga menghadapi bencana dengan menggelar gladi penanganan dampak erupsi Gunung Agung di Desa Ban, Kecamatan Kubu.
“Pemilihan Dusun Pucung, Desa Ban, sebagai lokasi kegiatan, dikarenakan Dusun Pucung masuk sebagai dusun terdampak yang berada di wilayah rawan ancaman erupsi Gunung Agung,” kata Wakil Bupati.
Dia berharap gladi dapat meningkatkan pemahaman warga mengenai penanganan dampak bencana sehingga warga bisa sigap bertindak saat terjadi bencana akibat erupsi Gunung Agung.
Gladi penanganan dampak erupsi Gunung Agung antara lain dihadiri oleh Deputi Pencegahan BNPB Prasinta Dewi, Direktur Peringatan Dini BNPB Afrial Rosa, serta pejabat BPBD Provinsi Bali dan organisasi perangkat daerah terkait.
Prasinta menyampaikan bahwa gladi sangat penting untuk meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai tanda-tanda erupsi gunung berapi serta langkah-langkah penyelamatan yang harus dilakukan, termasuk proses evakuasi mandiri.
“Ini penting untuk mengurangi risiko bahaya dan jatuhnya korban jiwa saat terjadi erupsi gunung berapi,” katanya. (fat)