Jakarta (pilar.id) – Gunung Anak Krakatau kembali mengalami erupsi pada Sabtu pagi (13/5/2023) pukul 07.10 WIB. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) melaporkan bahwa gunung api ini melontarkan abu vulkanik dengan tinggi kolom abu kurang lebih 2.000 meter di atas puncak atau sekitar 2.157 meter di atas permukaan laut.
Andi Suardi, Kepala Pos Pantau Gunung Anak Krakatau di Hargopancuran, Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung menyampaikan bahwa kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah barat daya. Disampaikan pula, kondisi erupsi ini terekam seismograf dengan catatan memiliki amplitudo maksimum 65 mm dan berdurasi 68 detik.
PVMBG juga meminta masyarakat dan nelayan untuk tidak mendekati Gunung Anak Krakatau atau beraktivitas di area dalam radius lima kilometer dari kawah aktif. Gunung Anak Krakatau saat ini berada pada level III atau Siaga.
Diketahui pula, sebelumnya, Jumat (12/5/2023) pukul 23.20 WIB, Gunung Anak Krakatau juga mengalami erupsi, melontarkan abu vulkanik dengan tinggi kolom abu kurang lebih 1.500 meter di atas puncak gunung atau sekitar 1.657 meter di atas permukaan laut. Erupsi itu terekam seismograf memiliki amplitudo maksimum 70 mm dan durasi 86 detik.
Gunung Anak Krakatau merupakan gunung api yang berada di perairan Selat Sunda. Gunung ini terbentuk dari aktivitas vulkanik di bawah laut setelah letusan hebat Gunung Krakatau pada tahun 1883.
Sejak saat itu, Anak Krakatau terus mengalami aktivitas vulkanik, termasuk letusan-letusan kecil dan erupsi-erupsi besar yang mengakibatkan tsunami pada tahun 2018.
Pada bulan Desember 2018, terjadi letusan besar di Anak Krakatau yang menyebabkan sebagian besar gunung tersebut runtuh dan memicu tsunami di Selat Sunda. Bencana ini menewaskan lebih dari 400 orang dan merusak wilayah pesisir di Banten dan Lampung. (hdl)