Jakarta (pilar.id) – Pemerintah perlu mempersiapkan sebuah sistem pendidikan berbasis teknologi atau education technology (edtech) untuk mendukung kesuksesan blended learning. Yakni, gabungan antara pembelajaran tatap muka dan pembelajaran jarak jauh.
“Pandemi Covid-19 seharusnya sudah menyadarkan pemerintah tentang pentingnya mengintegrasikan teknologi dalam proses pembelajaran sebagai salah satu upaya untuk menjaga kualitas pendidikan dan meminimalisir dampak learning loss,” terang Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Nadia Fairuza, Selasa (8/2/2022).
Peningkatan kasus positif covid-19 kembali memperlihatkan urgensi integrasi teknologi ke dalam sistem pendidikan ketika kegiatan belajar cenderung akan mengkombinasikan pembelajaran tatap muka dan pembelajaran jarak jauh.
Nadia menambahkan, penggunaan edtech dalam mendukung blended learning dibutuhkan dalam mengadaptasi disrupsi pada sektor pendidikan. Misalnya saja, untuk menunjang fleksibilitas yang didapatkan sekolah dalam mencoba penggunaan berbagai media dan skema pembelajaran.
“Perlu ada pembahasan lebih mendalam terkait pengembangan dan penggunaan edtech ke dalam sistem pendidikan karena penerapannya akan sangat berguna kalau pemerintah jadi menerapkan blended learning,” jelasnya.
Penguasaan kompetensi digital siswa juga perlu dipersiapkan, dimulai dengan penerapan kurikulum yang mengadopsi kompetensi abad 21, termasuk kemampuan digital untuk mengoperasikan teknologi ini. Ini menandakan perlunya pendidikan formal untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan ini juga.
Indonesia juga harus memastikan bahwa guru dan orang tua mampu mengembangkan kompetensi ini karena pada gilirannya, mereka mendukung, membimbing dan memimpin pembelajaran digital dan literasi siswa.
Nadia melanjutkan, platform ini juga dapat berkontribusi pada peningkatan kemampuan teknologi, informasi dan komunikasi para guru sehingga dapat mendorong adopsi edtech secara lebih cepat dan efektif oleh sekolah.
Perusahaan edtech seharusnya tidak hanya fokus pada pengguna, tetapi juga memperhitungkan proses integrasi teknologi ini dalam konteks sekolah. Mereka perlu memperhatikan kemampuan sekolah untuk membeli dan memanfaatkan edtech dalam lingkungan belajar-mengajar.
Memang jelas terlihat ada kesenjangan dalam lanskap pendidikan nasional dalam memfasilitasi transisi yang mulus, dari pembelajaran tatap muka tradisional ke pembelajaran berbasis teknologi, terutama dalam hal pengembangan keterampilan digital.
Berbeda dengan kota besar, jaringan internet yang tidak stabil di daerah masih menjadi masalah dalam penggunaan edtech. Penggunaan edtech di daerah pedesaan masih tergolong sulit terutama bagi sekolah yang tidak memiliki fasilitas dan berada di kondisi geografis yang tidak memiliki konektivitas dan infrastruktur internet.
“Selain kolaborasi dengan swasta untuk menyediakan edtech, pemerintah juga perlu terus memperluas upaya untuk mempersempit kesenjangan digital antar daerah di Indonesia. Kesenjangan sudah terbukti menjadi hambatan dalam memaksimalkan upaya peningkatan kualitas pendidikan, yang dalam konteks pandemi, dilakukan melalui blended learning,” imbuh Nadia. (her/fat)