Surabaya (pilar.id) – Dukungan terus mengalir pada tiga petani Desa Pakel, Kecamatan Licin, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, yang ditangkap dan ditahan dengan tuduhan menyebar berita bohong, Jumat (3/2/2023).
Tak terkecuali Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia Dewan Kota Surabaya (PPMI DK-Surabaya), yang kemudian menggelar nonton film bareng dan diskusi mengenai konflik agraria yang menimpa warga Desa Pakel, Banyuwangi sejak ratusan tahun silam. Acara solidaritas ini diadakan di Cafe Kopi Juang, Jumat (10/2/2023).
Disampaikan Dimas, Ketua PPMI DK-Surabaya, acara ini merupakan bentuk solidaritas mereka pada warga Pakel yang ditangkap demi mempertahankan ruang hidupnya yang dirampas.
“Agenda kita adalah nobar film dokumenter Surat Cinta dari Pantura, yang menggambarkan sejumlah konflik agraria yang terjadi di sekitar Pantai Utara, Jawa. Lalu ada diskusi mengenai Desa Pakel, bersama Walhi dan YLBHI Surabaya, selaku advokasi yang memayungi kasus ini,” jabar mahasiswa semester 5 di Universitas Terbuka di Surabaya ini.
Dalam gelaran acara ini, Dimas mengaku berangkat dari inisiatif anggota, karena mengetahui kejadian penculikan ketiga petani Pakel yang baru-baru ini terjadi.
“Kami mengadakan acara ini juga terbilang dadakan, mulai terfikir Senin kemarin, dan pastinya di hari Rabu, tapi alhamdulillah bisa berjalan lancar, baik saat nobar dan diskusi bersama Walhi dan LBH Surabaya,” ujarnya pemuda 21 tahun ini.
Dalam diskusi yang berlangsung, diketahui Wahyu Eka Setyawan selaku Direktur WALHI Jatim menjabarkan awal mula kasus Agraria ini ada.
“Kasus ini dimulai pasca tahun 1965, tepatnya pada tahun 1980, saat itu warga yang kembali dari mengungsi, akibat tragedi 65 tepatnya, tiba-tiba menerima kabar jika sebagian tanah milik mereka yang tadinya merupakan pemberian dari Bupati Banyuwangi berdasar Akta 1929, sudah dimiliki oleh PT. Bumi Sari,” jabarnya.
Namun semakin tahun, PT. Bumi Sari mulai memperluas lahannya, dengan melakukan penanaman hingga menyentuh wilaya Desa Pakel. Hal itulah yang membuat konflik Agraria ini terjadi, dan membuat warga Desa Pakel, Banyuwangi terus melawan sampai hari ini.
Adanya acara ini, Dimas berharap agar persma di Surabaya bisa mengetahui isu nasional ini, dan tak hanya berfokus pada isu-isu kampus.
” Harapannya ingin menggiring isu-isu teman persma di Surabaya, serta teman-teman lain bisa mencontoh PPMI dari kegiatan ini, dan kedepan kita akan tetap support dalam pemberitaan mengenai konflik Pakel ini,” tutupnya. (jel/hdl)