Surabaya (pilar.id) – Isu reshuffle kabinet diduga berhubungan kuat dengan sikap Partai Nasdem yang akan mengusung Anies Baswedan dalam Pemilu 2024. Ini juga yang kemudian jadi pemicu renggangnya hubungan Presiden RI Joko Widodo dengan Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh.
Sementara diketahui, Partai Nasdem merupakan koalisi dalam tubuh pemerintahan Jokowi. Kondisi itulah yang memunculkan dugaan perseteruan hubungan antara Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan dengan Partai Nasdem, dan kemudian berujung pada isu reshuffle.
Menurut Nuke Faridha Wardhani SIP MM, akademisi Universitas Airlangga (Unair), reshuffle kabinet adalah hal yang wajar dan dapat terjadi kapanpun. Mengingat hal ini merupakan hak istimewa presiden yang tertuang di Pasal 17 Undang-Undang Dasar 1945.
“Reshuffle kabinet umumnya dilakukan karena mempertimbangkan performa atau kinerja para menteri dan berbagai faktor lainnya. Namun, yang membuat isu reshuffle mencuat saat ini karena bertepatan dengan peristiwa deklarasi Partai Nasdem mengusung Anies Baswedan,” ucapnya, Selasa (24/01/2023).
Lebih lanjut, Nuke menyebut, waktu saat ini akan sangat mungkin jika partai pendukung Jokowi di kabinet, yakni PDIP memiliki kepentingan politik sehingga menginginkan agar menteri Nasdem dalam pemerintahan segera diganti.
Namun menurut, dosen Departemen Ilmu Politik Unair ini, akan sangat menyayangkan jika hal itu akan terjadi, karena mengingat banyak pekerjaan akhir periode Jokowi yang lebih membutuhkan fokus untuk segera dituntaskan.
“Saya melihat, Jokowi pastinya ingin tetap fokus pada program strategis seperti IKN. Dalam menjalankannya, dibutuhkan kabinet yang lebih stabil dan tidak ingin terganggu dengan adanya persiapan Pemilu 2024,” ucap Nuke.
Meskipun begitu, partai Nasdem juga tetap berada di kabinet sebagai tanggung jawab moral untuk menuntaskan program-program pemerintahan Joko Widodo. Walau ada gesekan kepentingan antara PDIP dan Partai Nasdem.
“Hal ini bisa saja membuat situasi yang tidak mudah juga berada di internal Partai Nasdem, dan membuat posisi Nasdem di kabinet sulit, karena itu resiko yang harus diambil saat mengusung Anies,” tutupnya. (jel/hdl)