Bandung (pilar.id) – Provinsi Jawa Barat terus menunjukkan perkembangan positif dalam mengatasi permasalahan stunting, namun upaya percepatan tetap menjadi fokus guna mencapai target 14 persen pada tahun 2024.
Tahun 2022, Jawa Barat mencatat penurunan signifikan dalam prevalensi stunting sebesar 4,3 persen, yang mengakibatkan prevalensi stunting menurun menjadi 20,2 persen dibandingkan dengan angka 24,5 persen pada tahun 2021.
Tidak hanya stunting, perhatian serius juga ditujukan pada masalah gizi, obesitas, dan diabetes pada balita. Masyarakat masih menghadapi kendala dalam mendapatkan informasi yang memadai mengenai gizi serta mengatasi kesulitan dalam mengubah kebiasaan buruk, seperti penggunaan sirup manis sebagai pengganti susu anak.
Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, menegaskan peran penting bidan dalam upaya pencegahan serta penanganan masalah gizi dan kesehatan ibu dan anak, terutama dalam mencegah stunting pada 1000 hari pertama kehidupan anak.
“Para bidan memiliki peran sebagai garda terdepan yang memberikan pendampingan, informasi gizi, dan pelayanan kesehatan kepada ibu dan anak, dimulai dari masa kehamilan hingga anak mencapai usia lima tahun, guna meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya gizi dan kesehatan,” jelas Ridwan Kamil, akrab disebut RK.
Pernyataan tersebut disampaikan dalam acara Webinar Nasional dengan tema ‘Bidan Perangi Gizi Buruk Melalui Edukasi Pangan Rendah Gula, Garam, Lemak Untuk Ciptakan Generasi Emas 2045’, yang diselenggarakan oleh Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) bekerjasama dengan Ikatan Bidan Indonesia (IBI) wilayah Jawa Barat.
Strategi nasional untuk mengurangi angka stunting memfokuskan pada kelompok prioritas, yaitu ibu hamil, ibu menyusui, dan anak usia 0-23 bulan (1000 hari pertama kelahiran). Kelompok ini secara berkala berinteraksi dengan para bidan untuk pemantauan kesehatan anak. Oleh karena itu, peningkatan kompetensi bidan diperlukan guna memberikan pelayanan berkualitas sesuai standar.
RK menjelaskan lebih lanjut bahwa selain stunting, obesitas pada anak juga menjadi perhatian serius, mengingat risiko penyakit diabetes dan masalah kesehatan lain yang dapat timbul pada anak-anak tersebut.
“Bidan memiliki tanggung jawab penting dalam memberikan pemahaman kepada masyarakat, terutama mengenai konsumsi sirup manis, karena pemahaman masyarakat mengenai gizi, obesitas, dan diabetes pada anak masih belum optimal. Bidan diharapkan dapat memberikan solusi dan strategi untuk mengatasi masalah ini,” ungkapnya.
Pendidikan dan penyuluhan mengenai pola asuh yang tepat bagi ibu juga menjadi prioritas utama. Peningkatan kesadaran dan literasi gizi di masyarakat menjadi kunci dalam memahami arti penting gizi seimbang dan manfaat konsumsi makanan yang beragam.
Dengan konsumsi nutrisi yang memadai, gaya hidup sehat, serta dukungan penuh kasih sayang dan gizi yang cukup, risiko masalah gizi seperti stunting, wasting, underweight, dan obesitas dapat dicegah atau bahkan dihilangkan.
RK memberikan apresiasi yang tinggi kepada para bidan atas peran mereka dalam pelayanan kesehatan, termasuk dalam menangani masalah kesehatan ibu dan anak, stunting, serta obesitas.
“Kerjasama yang harmonis antara berbagai pihak, seperti bidan, dokter, dan rumah sakit, sangatlah penting untuk meningkatkan kesehatan ibu dan balita di Jawa Barat, serta menciptakan pelayanan yang terintegrasi dan berkesinambungan,” tambahnya.
Diperlukan upaya lebih lanjut dalam edukasi dan pendidikan kesehatan kepada masyarakat mengenai pentingnya peran gizi yang tepat dan pola makan sehat dalam menjaga kesehatan ibu dan balita.
Program kesehatan masyarakat yang melibatkan peran bidan harus terus ditingkatkan, dan evaluasi terhadap implementasi peraturan dan kebijakan kesehatan terkait gizi, obesitas, dan diabetes pada balita di Jawa Barat perlu dilakukan guna mencapai hasil yang lebih baik.
Semua pihak, termasuk para bidan, memiliki tanggung jawab besar dan mulia dalam mewujudkan masyarakat yang sehat serta menjaga generasi emas tahun 2024. (usm/hdl)