Yogyakarta (pilar.id) – Empat belas kilometer di sebelah selatan pusat Kota Yogyakarta, Eri Sudarmono, 42 tahun, dan para pekerjanya, tengah sibuk menyiapkan puluhan replika robot untuk dikirim ke negeri Cina. Suara besi dan palu beradu, ditambah bisingnya suara gerinda, silih berganti memekakkan telinga.
Ya, inilah dunia Eri Sudarmono, pembuat replika robot Transformers. Selain replika robot Transformers, ia juga membuat beragam replika robot lainnya.
Eri membuat replika robot dari hasil kanibal motor tua dari berbagai merk. Bahan baku tersebut, tergolong mudah ditemukan di sekitar wilayah Yogyakarta. Ia dan belasan pekerja lainnya membuat replika robot di ER Studio Art, studio Eri, yang berlokasi di Kauman, Gilangharjo, Pandak, Kabupaten Bantul.
Sebelum dikenal sebagai pembuat robot, profesi Eri sebelumnya merupakan pelukis. Ia kerap diminta untuk mengerjakan beberapa proyek lukisan serta menggarap ragam dekorasi seni yang biasa ditemui di mall-mall Yogyakarta.
“Di depan Ambarukmo Plaza sering saya buat-buat dekorasi seni di situ,” ungkapnya.
Sejak muda, Eri memang lekat dengan kerja kesenian. Hal tersebut ia mulai sejak bersekolah di Sekolah Menengah Seni Rupa (SMSR). Ia kemudian melanjutkan studinya di Institut Seni Indonesia, Yogyakarta.
Pandemi Covid-19 hampir membuat Eri kehilangan pekerjaannya. Mall-mall tak lagi banyak memesan dekorasi seni karena sebagian memilih tutup demi menekan angka penyebaran Covid-19. Begitu pula pesanan lukisan yang tak kunjung datang akibat tutupnya beberapa galeri seni.
Di tengah kondisi sulit, datang tawaran untuk membuat replika robot Transformers dari pelanggan lukisannya asal Cina. Berbekal pengetahuan tentang instalasi logam yang sempat ia peroleh di kampus, Eri akhirnya memberanikan diri untuk menerima pesanan tersebut.
Hasil kreasi Eri buat berbuah manis. Sang pemesan suka dengan hasilnya. Eri kemudian diminta untuk kembali membuat replika robot lebih banyak lagi.
Untuk proses produksi, Eri membutuhkan lima hingga tujuh motor untuk membuat satu replika robot berukuran dua sampai tiga meter. Harga satu motor berkisar antara Rp 400 ribu hingga Rp 1 juta. Lalu, replika robot itu kemudian dijual kembali seharga Rp 30 juta hingga ratusan juta. Tergantung tingkat kesulitan dan elemen-elemen yang digunakan.
Kini Eri kebanjiran pesanan. Peminat replika robot Eri datang dari dalam maupun luar negeri. Beberapa negara seperti Amerika, Jerman, dan Australia kini turut mengantri replika robot yang Eri buat. (fir/hdl)