Ngawi (pilar.id) – Ganjar Pranowo, calon presiden dari PDIP, disambut dengan antusias oleh puluhan ribu warga Ngawi pada hari Minggu. Sejak jalan menuju Kepatihan Ngawi, warga yang telah menunggu kedatangan Ganjar saling berdesakan untuk mendekat dan bersalaman.
Kunjungan Ganjar ke Ngawi bertujuan untuk menyaksikan Parade Reog Ponorogo dan Festival Makan Sambal Welut Bersama. Acara tersebut dimeriahkan oleh 30 kelompok seni Reog lengkap dengan penari Jaranan dan Bujang Ganong.
Bersama istrinya, Siti Atikoh, dan Bupati Ngawi, Ony Anwar Harsono, Ganjar terlihat menikmati pertunjukan seni tradisional yang terkenal di seluruh negeri. Mereka juga ikut menari bersama para penari Reog, Jaranan, dan Bujang Ganong.
Dengan tali Warok di pinggang, Ganjar dan istrinya menari dengan penuh kegembiraan. Mereka berusaha mengikuti gerakan para penari sambil menyapa masyarakat.
“Nyatanya, Pak Ganjar pandai menari. Tadi beliau berada di samping saya dan menari dengan lincah. Ibu juga sangat lancar dalam menari,” kata Natalia, seorang penari Jaranan yang tampil dalam acara tersebut.
Ganjar dan istrinya menari bersama seniman Reog dari seluruh Kabupaten Ngawi dalam waktu yang cukup lama. Tepuk tangan meriah terdengar ketika mereka selesai menari.
“Kami senang Pak Ganjar datang ke Ngawi. Beliau tampan dan sangat ramah,” ujar beberapa ibu yang hadir di acara tersebut.
Setelah menari, Ganjar dan rombongan diajak makan nasi sambal belut. Warga juga turut menikmati ribuan porsi nasi sambal belut yang dibagikan secara gratis.
“Acara ini luar biasa, saya sangat senang diundang dalam festival seni budaya yang menampilkan seni Reog ini. Tidak hanya dari Ngawi, tapi juga dari daerah sekitarnya,” ucap Ganjar.
Ganjar menjelaskan bahwa Reog merupakan seni budaya asli Indonesia yang sangat terkenal. Tidak hanya di Jawa, tetapi juga di Lampung, Sumut, bahkan di manca negara seperti Suriname, kesenian Reog sangat populer.
“Saya senang melihat banyak anak muda yang terlibat dalam pertunjukan Reog. Saya tidak pernah khawatir tentang kehilangan budaya kita. Sebaliknya, budaya tradisional kita akan tetap lestari dan terus berkembang,” tegasnya.
Ganjar juga mengajak para anak muda yang kreatif untuk menciptakan permainan (game) dengan karakter Reog Ponorogo. Hal ini dapat memungkinkan anak-anak untuk bermain dengan karakter seni asli Indonesia tersebut.
“Jika perlu, adakanlah perlombaan pembuatan game dengan karakter Reog Ponorogo ini. Libatkan anak-anak muda yang kreatif untuk menciptakannya, agar seni adiluhung ini tidak akan punah oleh kemajuan zaman,” tambahnya. (usm/hdl)