Jakarta (pilar.id) – Dalam menenetukan awal bulan Ramadan, Kementerian Agama masih akan tetap menggunakan metode rukyat al hilal yang disusul dengan sidang isbat. Kemenag dalam hal ini telah memutuskan akan melakukan sidang ibat pada 1 April 2022 yang bertepatan dengan tanggal 29 sya’ban.
Selain itu, Kemenag juga akan menggunakan metode baru dalam penentuan awal Ramadan tahun 2022 atau Ramadan 1443 Hijriah kali ini. Metode ini telah disepakati bersama oleh MABIMS (Menteri-Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura).
Dalam metode baru tersebut, disepakati bahwa awal penentuan bulan Hijriah yakni posisi hilal saat Matahari terbenam sudah tiga derajat dan elongasi 6,4 derajat. Metode ini berpotensi menyebabkan terjadinya perbedaan penentuan awal Ramadan.
Utamanya dengan organisasi kemasyarakatan islam Muhammadiyah yang konsisten menggunakan motode hisab dalam penentuan awal bulan hijriyah. Bahkan Pimpinan Pusat Muhammadiyah telah menentukan awal Ramadan pada 2 April 2022.
“Hasil sidang isbat ini akan segera diinformasikan kepada masyarakat agar bisa dijadikan sebagai pedoman,” ujar Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Kemenag Adib dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis (29/3/2022).
Adib mengatakan sidang isbat dihadiri oleh MUI, perwakilan ormas Islam, DPR, sejumlah duta besar negara sahabat, serta kementerian dan lembaga terkait. Kemenag berperan sebagai fasilitator bagi para ulama, ahli, dan cendekiawan untuk bermusyawarah menetapkan awal Ramadan, Syawal, dan Zulhijah.
“Sidang isbat selama ini menjadi sarana bertukar pandangan para ulama, cendekiawan, maupun para ahli terkait penetapan awal Ramadhan, Syawal, dan Zulhijah. Hasil sidang isbat ini akan segera diinformasikan kepada masyarakat agar bisa dijadikan sebagai pedoman,” kata dia.
Kasubdit Hisab Rukyat dan Syariah Kemenag Ismail Fahmi menjelaskan bahwa pada hari pelaksanaan rukyat atau pemantauan, ketinggian hilal di seluruh wilayah Indonesia sudah di atas ufuk, berkisar antara satu derajat 6,78 menit sampai dengan dua derajat 10,02 menit.
Ketinggian hilal ini menjadi dasar bagi Muhammadiyah yang menggunakan metode Hisab Wujudul Hilal untuk menetapkan awal Ramadhan bertepatan 2 April 2022.
Kemenag menetapkan awal Ramadan, Syawal, dan Zulhijah berdasarkan metode hisab dan rukyat. Hasil perhitungan astronomi atau hisab, dijadikan sebagai informasi awal yang kemudian dikonfirmasi melalui metode rukyat (pemantauan di lapangan).
Posisi hilal pada kisaran 1-2 derajat ini cukup krusial dalam konteks rukyat atau pemantauan. “Dalam konteks inilah ada potensi perbedaan awal Ramadhan,” kata dia.
Kendati demikian, penentuan awal Ramadan akan diumumkan setelah Kemenag mendapatkan hasil dari pemantauan hilal dan diputuskan saat hasil sidang isbat.
“Sidang isbat akan menunggu laporan hasil pemantauan hilal, apakah ada yang melihat ataukah tidak. Selanjutnya, peserta sidang akan bermusyawarah untuk menentukan awal Ramadhan. Jadi, mari tunggu pengumuman hasil dari sidang isbat,” kata dia. (fat/antara)