Gresik (pilar.id) – Filantropis Prancis, Raoul Follereau, 69 tahun silam, mendirikan organisasi yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang kusta dan cara penyembuhannya.
“Meskipun kini angka penyakit kusta tidak tinggi, masih banyak orang di seluruh dunia yang terus mengidap penyakit ini karena minimnya informasi dan kurangnya akses ke perawatan medis dasar,” jelas dr. Dinda Yuliasari, Dokter Umum RS Wates Husada Gresik, Rabu (7/6/2023).
Apalagi, lanjut dr. Dinda Yuliasari, stigma buruk mengenai penyakit ini juga membuat pengidapnya enggan melakukan perawatan.
Minimnya informasi, di antaranya berhubungan dengan mitos yang berkembang kuat di beberapa kelompok masyarakat. Kepada pilar.id, dr. Dinda Yuliasari pun menyampaikan penjelasan khusus terkait fakta di balik mitos tentang kusta.
Penyakit kusta mudah menular
Penyakit kusta (Morbus Hansen), jelas dr. Linda, sulit menular. “Bahkan 95 persen orang dewasa tidak dapat tertular karena sistem kekebalannya mampu menangkal bakteri penyebab kusta,” tegasnya.
Perlu diisolasi atau dikucilkan dari orang sehat
Kata dr. Dinda, faktanya, pengidap kusta yang sedang dirawat dengan antibiotik dapat hidup normal di antara keluarga dan teman-temannya dan dapat tetap bersekolah serta menjalankan aktivitas sehari hari.
Harapan hidup dan Cacat
Banyak yang bilang, begitu kena kusta, seseorang tidak akan memiliki harapan hidup atau menderita kecacatan selamanya. dr. Dinda Yuliasari pun menjelaskan, kusta bisa disembuhkan dengan pengobatan antibiotik. Jari tangan atau kecacatan tidak ‘lepas’ karena kusta.
Bakteri penyebab kusta menyerang saraf jari tangan dan kaki, sehingga menyebabkannya jadi mati rasa. Luka bakar dan luka pada bagian yang mati rasa mungkin tidak diketahui, yang dapat menyebabkan infeksi dan kerusakan permanen, dan akhirnya tubuh dapat menyerap kembali jari tersebut. Ini terjadi pada stadium lanjut dari penyakit kusta yang tidak diobati.
“Jika ada keluarga atau kerabat yang memiliki gejala penyakit kusta, sebaiknya di bawa ke fasilitas kesehatan terdekat untuk di lakukan pemeriksaan serta pengobatan,” ingat dr. Dinda. (hdl)