Yogyakarta (pilar.id) – Menyambut Hari Raya Idul Adha, Dosen Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (UGM), Nanung Danar Dono memberikan tips penting dalam memilih dan menyembelih hewan kurban. Karena menurut dia, pemilihan hewan kurban yang sehat dan memperhatikan kesejahteraan hewan sangatlah penting.
Nanung menekankan bahwa hewan kurban yang dipilih sebaiknya dalam kondisi sehat, kuat, dan tidak memiliki cacat fisik. Beberapa ciri hewan yang sehat meliputi kemampuan berdiri dengan kuat, tidak lemah, nafsu makan normal, dan tidak tampak gejala sakit atau penyakit menular.
Untuk memastikan kesehatan hewan, perhatikan juga kondisi kuku dan gerakan hewan saat berjalan. Nanung menjelaskan, “Jika hewan kurban sakit, biasanya terlihat dari hilangnya nafsu makan, malas berjalan, dan tubuh yang lemah.”
Selain itu, Nanung menyarankan untuk menghindari membeli hewan kurban yang dipelihara di tempat pembuangan sampah. Hal ini karena hewan tersebut kemungkinan besar telah mengonsumsi limbah logam berat yang dapat membahayakan kesehatan manusia.
Sehari sebelum proses penyembelihan, disarankan untuk mempuasakan hewan kurban selama 12 jam. Hal ini bertujuan agar hewan tidak beringas dan agresif saat proses penyembelihan, sehingga penanganannya menjadi lebih mudah. “Pemuasaan juga membantu mengurangi isi rumen (perut) dan memperbaiki konversi serat otot dan pembuluh darah menjadi daging,” jelasnya.
Selain itu, penting untuk mempersiapkan perlengkapan penyembelihan dengan baik, termasuk mengasah pisau hingga sangat tajam.
Proses penyembelihan harus dilakukan dengan benar oleh orang yang terampil, dengan memotong tiga saluran pada bagian depan leher, yaitu di bawah jakun. Saluran tersebut meliputi saluran nafas atau tenggorokan, saluran makanan (kerongkongan atau esofagus), serta pembuluh darah arteri karotis dan vena jugularis.
Nanung juga mengingatkan untuk tidak merokok saat melakukan pemotongan daging karena daging sangat peka terhadap bau, termasuk aroma asap rokok yang tidak sedap.
Selain itu, ia menekankan pentingnya untuk tidak mencuci jeroan hewan kurban di sungai karena sungai di wilayah perkotaan umumnya telah tercemar oleh bahan kimia dan limbah rumah sakit yang mengandung kuman penyakit seperti Escherichia coli dan Disentri. “Hindari juga meletakkan daging di permukaan tanah karena dapat menyebabkan pertumbuhan ribuan hingga ratusan ribu kuman per menit,” tambahnya.
Dalam hal pendistribusian daging, disarankan untuk memisahkan daging dan jeroan serta menggunakan tas anyaman bambu sebagai wadah distribusi. Jika tidak tersedia, lebih baik menggunakan tas plastik bening.
Cuk Tri Noviandi, dosen Fakultas Peternakan UGM, juga memberikan pesan penting kepada takmir masjid dan panitia kurban. Ia menyarankan agar pemilihan tukang sembelih atau jagal dilakukan dengan selektif, memilih yang masih muda dan berpengalaman. “Mereka harus paham cara menangani hewan kurban dengan baik. Lebih baik jika tukang sembelih tidak terlalu tua,” katanya.
Cuk juga mengingatkan bahwa seringkali terjadi kejadian di mana jagal terkena tendangan kaki belakang sapi dan terjatuh. Bahkan, ada sapi yang berhasil melepaskan diri karena merasa terlalu stres. “Jika ada jagal yang terkena tendangan sapi, kita harus memahami kondisi sapi tersebut terlebih dahulu. Kekhawatiran bukan karena sifat agresifnya, melainkan karena ia takut pada keramaian,” jelasnya.
Dengan mengikuti tips ini, diharapkan masyarakat dapat melaksanakan proses pemilihan dan penyembelihan hewan kurban dengan baik dan mengedepankan kesejahteraan hewan. Semoga perayaan Idul Adha tahun ini berjalan lancar dan membawa berkah bagi semua umat Muslim. (mad/hdl)