Jakarta (pilar.id) – Ahli epidemiologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, Laura Navika Yamani mengatakan, yang bisa dilakukan untuk menangkal tertular hepatitis akut misterius yakni dengan menyadari serta mengidentifikasi secara dini.
Menurut dia, yang bisa dilakukan saat ini adalah mengantisipasi munculnya kasus-kasus hepatitis akut misterius ini disekeliling kita. Hal ini agar virus tersebut lebih mudah ditangani dan akibatnya tidak menjadi fatal.
“Misalkan sampai memerlukan transplantasi hati atau bahkan menyebabkan kematian,” kata Laura kepada Pilar.id, Senin (9/5/2022).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat sekitar lebih dari 200 anak terinfeksi hepatitis akut. Bahkan, sudah ditetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) dan menyebar di sejumlah negara termasuk Indonesia.
Untuk wabah hepatitis akut, lanjut Laura, saat ini masih dalam tahap investigasi. Data yang masih terbatas juga menjadi kendala untuk mengidentifikasi faktor risiko dari hepatitis akut. Karena adenovirus sangat jarang terjadi. Kalaupun terjadi, kata dia, biasanya pada kelompok pasien dengan gangguan imunitas.
Sedangkan kasus yang sekarang terjadi pada anak, perlu kehati-hatian dan kevalidan dalam menentukan penyebab hepatitis akut misterius ini. “Dengan begitu, betul-betul didapatkan korelasi agen penyakit yang memang sesuai agar intervensi yang dilakukan akan lebih tepat,” kata dia.
Sementara itu, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sedang berupaya untuk melakukan investigasi penyebab kejadian hepatitis akut ini melalui pemeriksaan panel virus secara lengkap. Dinas kesehatan Provinsi DKI Jakarta sedang melakukan penyelidikan epidemiologi lebih lanjut.
“Selama masa investigasi, kami menghimbau masyarakat untuk berhati-hati dan tetap tenang. Lakukan tindakan pencegahan seperti mencuci tangan, memastikan makanan dalam keadaan matang dan bersih, tidak bergantian alat makan, menghindari kontak dengan orang sakit serta tetap melaksanakan protokol kesehatan,” kata Juru Bicara Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi.
Jika anak-anak memiliki gejala kuning, sakit perut, muntah-muntah dan diare mendadak, buang air kecil berwarna teh tua, buang air besar berwarna pucat, kejang, penurunan kesadaran agar segera memeriksakan anak ke fasilitas layanan kesehatan terdekat.
WHO pertama kali menerima laporan pada 5 April 2022 dari Inggris Raya mengenai 10 kasus Hepatitis Akut yang Tidak Diketahui Etiologinya (Acute Hepatitis of Unknown aetiology ) pada anak-anak usia 11 bulan-5 tahun pada periode Januari hingga Maret 2022 di Skotlandia Tengah.
Kisaran kasus terjadi pada anak usia 1 bulan sampai dengan 16 tahun. Tujuh belas anak di antaranya (10 persen) memerlukan transplantasi hati, dan 1 kasus dilaporkan meninggal. Gejala klinis pada kasus yang teridentifikasi adalah hepatitis akut dengan peningkatan enzim hati, sindrom jaundice (penyakit kuning) akut, dan gejala gastrointestinal (nyeri abdomen, diare dan muntah-muntah). Sebagian besar kasus tidak ditemukan adanya gejala demam.
Penyebab dari penyakit tersebut masih belum diketahui. Pemeriksaan laboratorium di luar negeri telah dilakukan dan virus hepatitis tipe A, B, C, D dan E tidak ditemukan sebagai penyebab dari penyakit tersebut. Adenovirus terdeteksi pada 74 kasus di luar negeri yang setelah dilakukan tes molekuler, teridentifikasi sebagai F type 41. SARS-CoV-2 ditemukan pada 20 kasus, sedangkan 19 kasus terdeteksi adanya ko-infeksi SARS-CoV-2 dan adenovirus.(her/din)