Jakarta (pilar.id) – Pagar rumah berwarna krem yang telah pudar tersebut berdiri cukup tinggi sekira dua meter. Namun, tumbuhan yang merambatinya jauh lebih tinggi. Begitu juga dengan berbagai macam tumbuhan dan rerumputan yang tumbuh subur tanpa pernah di potong di halaman rumah berlantai dua itu.
Dahan-dahan pohon yang patah pun terlihat menumpuk di depan pagar. Itulah pemandangan yang terlihat dari luar pagar rumah Ibu Eny. Seorang perempuan yang sudah tinggal di rumah mewah namun terbengkalai tersebut selama 11 tahun.
Di rumah berlantai dua tersebut, Ibu Eny tinggal bersama satu-satunya anak lelakinya bernama Tiko. Keduanya tinggal di rumah tersebut tanpa ada suplai listrik dan air bersih.
Kondisi rumah mewah yang terbengkalai tersebut tidak lepas dari kondisi Bu Eny yang diduga mengalami depresi. Ia bahkan kerap mengusir orang asing yang hendak datang ke rumahnya.
Bu Eny diduga mengalami depresi setelah ditinggal oleh sang suami pada tahun 2011 lalu. Setelah kejadian itu, Bu Eny lebih banyak diam di rumah dan mengalami ketakutan dengan orang asing.
Tanpa adanya suplai listrik dan air bersih, Bu Eny dan Tiko harus menadahi air hujan untuk memenuhi kebutuhan seperti masak dan mandi.
Setelah kondisi rumah mewah terbengkalai dan Bu Eny yang mengalami depresi viral di media sosial, Dinas Sosial Jakarta Timur segera melakukan tindakan. Mereka melarikan Bu Eny ke Rumah Sakit Duren Sawit untuk mendapatkan perawatan.
Meski begitu, Dinas Sosial Jaktim belum bisa memberikan kepastian terkait tindak lanjut yang akan mereka lakukan kedepannya.
“Dinsos DKI memiliki panti asuhan di kawasan Cipayung. Tapi, apabila putra Ibu Eny sanggup merawat, setelah pulang dari rumah sakit Ibu Eny akan kami kembalikan ke rumahnya di kawasan Cakung,” terang Kepala Suku Dinas Sosial Jakarta Timur, Purwono.
Selain di bawa ke rumah sakit, rumah Bu Eny yang ada di kawasan Cakung juga mendapatkan bantuan untuk dibersihkan. Bantuan membersihkan rumah tersebut dilakukan oleh sejumlah relawan bersama dengan pasukan Pemadam Kebakaran (Damkar) Jakarta Timur.
Kegiatan bersih-bersih rumah tersebut setidaknya dilakukan oleh 12 petugas Damkar bersama relawan dan satu unit mobil pompa.
Sehari-hari, Bu Eny yang menderita depresi dan gangguan jiwa, dirawat oleh anak satu-satunya, Tiko. Pria yang kini berusia 23 tahun tersebut, sudah merawat ibunya sendirian sejak usia 12 tahun.
Tiko juga bekerja sebagai security di komplek tempatnya tinggal. Ia sudah menjalani pekerjaan tersebtu bahkan sejak masih duduk di bangku sekolah.
“Kalau waktunya jaga, dia di pos. Dulu waktu masih sekolah, kalau ada sekolah dan harus jaga di pos, saya minta untuk cari pengganti,” terang Ketua RT setempat, Noves Haristedja.
Noves juga menceritakan bahwa dulu, ketika masih kecil, Tiko kerap kali datang ke rumah-rumah warga untuk minta demi memenuhi kebutuhan termasuk untuk membeli lilin karena listrik di rumahnya telah dicabut.
Kondisi tersebut yang kemudian membuat Noves menawari Tiko bekerja sebagai petugas keamanan di komplek tersebut. (fat)