Jakarta (pilar.id) – Berdakwah memang jadi salah satu tuntunan bagi umat Islam. Terutama, bagi mereka yang memiliki ilmu dan pengetahuan agama yang mumpuni untuk menyebarkan ajaran Islam kepada masyarakat.
Namun, metode dan cara dakwah pun harus disesuaikan dengan kondisi masyarakat dimana mereka berada. Salah satu tokoh muda Muslim Jepang, Wada Kaiji menjelaskan bahwa salah satu metode paling efektif melakukan dakwah di daerah atau negara minoritas muslim adalah melalui perilaku.
Dakwah melalui perilaku dinilai lebih efektif karena lebih mudah dilihat, dipahami, dan dimengerti oleh masyarakat. Sebab, di negara minoritas Muslim, menjelaskan konsep Islam maupaun agama baru, akan lebih sulit dan membutuhkan waktu yang lama.
Hal itu disampaikan Kaiji, CEO Career Diversity, saat ditemui di sela-sela tablig akbar Ikatan Perawat Muslim Indonesia (IPMI) Jepang bertajuk Generasi Muda dan Perubahan Zaman di Tokyo, Minggu (25/12/2022).
“(Melalui) perilaku yang paling penting. Meskipun saya menjelaskan tentang, contohnya Allah SWT, mereka susah mengerti konsep-konsepnya. Jadi, saya tunjukkan perilaku saya. Kalau saya baik, mereka akan berminat, Insya Allah,” kata dia.
Menurut dia, cara tersebut membutuhkan waktu yang lama, tetapi paling efektif.
Kaiji juga mengaku menghadapi banyak tantangan dalam berdakwah di Jepang, di antaranya mendapatkan respons negatif dari lingkungan sekitar karena citra Islam masih buruk bagi sebagian besar warga Jepang.
“Image-nya masih buruk gara-gara berita yang tidak baik. Jadi, saya berusaha menyampaikan ide yang bagus, informasi yang benar,” katanya.
Dia mengaku menyampaikan informasi itu dengan cara tatap muka, seperti kajian, atau secara daring melalui media sosialnya.
“Kalau saya bertemu teman atau teman kantor, (saya) selalu berusaha menjelaskan tentang Islam, terus saya pakai sosial media jadi secara offline dan secara online, berusaha untuk dakwah,” kata pria yang lancar berbahasa Indonesia itu.
Kaiji memeluk Islam pada 2017 di Brunei Darussalam. Kemudian, ia belajar agama dengan para ustaz di sebuah masjid di Okachimachi, Tokyo, serta dari berbagai perkumpulan Muslim Indonesia, Malaysia, Singapura dan negara-negara Asia Selatan.
“Saya merasa kehidupan Muslim itu sangat indah, hati dan kata-katanya baik,” ujarnya.
Dia berpesan kepada para mualaf dan Muslim yang berada di Jepang untuk tidak merasa sendiri, karena ada komunitas yang bisa menjadi keluarga dan teman meski komunitas Muslim di Jepang belum begitu besar.
“Ada komunitasnya, keluarga dan teman-temanya. Tidak usah khawatir, terus yakin agama ini benar dan terbaik,” katanya. (fat)