Jakarta (pilar.id) – Ekonom memperkirakan tren pelemahan nilai tukar rupiah masih terjadi hingga bulan depan. Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira memprediksi nilai tukar tembus hingga Rp15.500 per dolar Amerika Serikat (AS).
“Tren pelemahan nilai tukar rupiah diperkirakan masih akan berlanjut. Apakah mungkin tembus Rp15.000-15.500? Saya kira secara sentimen bisa saja terjadi,” kata Bhima, di Jakarta, Kamis (30/6/2022).
Bhima mengatakan, kekhawatiran resesi ekonomi meningkat sehingga investor beralih ke safe haven (aset yang lebih aman), salah satunya dollar AS. Ini terlihat dari kenaikan indeks dollar AS sebesar 3,12 persen satu bulan terakhir ke level 105.
Inflasi dan kenaikan suku bunga Fed di AS juga berdampak pada proyeksi penurunan performa emiten di bursa khususnya sektor otomotif, elektronik, makanan minuman dan pakaian jadi. Selain itu, melemahnya harga komoditas batubara dn crude palm oil (CPO) di pasar internasional, menurunkan sentimen positif pada saham di sektor pertambangan maupun perkebunan.
“Secara makro-ekonomi, surplus perdagangan pun bisa semakin terkoreksi sepanjang semester II 2022 dan mempengaruhi devisa,” ungkap Bhima.
Ditambahkan Bhima, respons Bank Indonesia (BI) yang masih menahan suku bunga membuat spread imbal hasil antara US Treasury dan SBN menyempit. “Sehingga membuat investor asing keluar dari pasar surat utang,” sambungnya.
Pada Kamis (30/6/2022) siang rupiah spot ada di level Rp 14.881 per dolar AS. Nilai tukar melemah 0,19% dari sehari sebelumnya yang berada di level Rp14.853 per dolar AS. (Ach/din)