Surabaya (pilar.id) – Hari Idul Adha adalah sumber rezeki bagi sebagian masyarakat kita. Sejak satu bulan lalu, mereka sudah menyiapkan lahan untuk digunakan sebagai tempat berjualan hewan kurban.
Seperti yang dilakukan Affandi, warga Kediri, Jawa Timur. Di momen Idul Adha, seperti tahun-tahun sebelumnya, ia datang ke Surabaya dan menyewa lahan di empat tempat. Masing-masing di kawasan Gunung Anyar, Medokan Semampir, Semolowaru, dan kawasan Mulyosari.
Pada pilar.id, bapak empat anak ini mengaku sangat bersemangat di banding tahun lalu. “Waktu pandemi covid-19, bisnis hewan kurban berantakan. Tahun 2020 sampai saya obral, jemput bola ke masjid dan pondok pesantren.” kenangnya.
Tahun berikutnya, 2021, jauh lebih buruk. Ia hanya kulak kambing, dan jualan di satu titik di Surabaya. Meski tak menyebut tingkat laku, Affandi bilang, “Ya alhamdulillah. Masih dapat tipis-tipis”.
Sejak penyakit mulut dan kuku (PMK) merebak tahun lalu, kata Affandi, dia dan pedagang hewan kurban harus menerapkan prosedur baru. Mereka berkonsultasi ke banyak tempat, termasuk ke Rumah Potong Hewan (RPH) Pegirian Surabaya.
“Pedagang hewan kurban rata-rata kulak dari peternak. Meski ada juga yang memang peternak, jadi mereka langsung menjual hewan ternaknya. Pada peternak kami harus nanya apakah sudah divaksin, apa bebas PMK, dan lain-lain,” jelasnya.
Jadi, lanjut dia, urusan jualan hewan ternak untuk kebutuhan Idul Adha jauh lebih rumit. Belum lagi karakter pembeli yang kadang sangat detail untuk urusan keyakinan.
“Ada yang nyari kambing putih dengan motif kepala hitam, atau pergelangan kaki hitam. Macam-macam,” tambahnya.
Tentang harga, Affandi dan penjual lain di Surabaya menawarkan patokan yang beragam. Untuk satu ekor sapi, harga Rp 18 juta sampai Rp 100 juta. Kambing dijual dengan harga Rp 2 juta hingga Rp 6 juta.
“Kalau domba di kisaran Rp 3 juta sampai Rp 4 juta,” jelasnya. Di beberapa kasus, Affandi juga bersikap lebih lunak untuk kalangan pembeli tertentu. Misal ada yang nanya harga kambing terendah, dia akan memberi diskon istimewa.
“Ini biasanya pembeli yang secara ekonomi biasa saja, tapi sudah ada niat berkurban. Ya saya bikin murah saja,” ujarnya.
Bisnis hewan kurban, kata Affandi, memang tidak bisa main-main. Kata dia, bisnis ini urusannya langsung pada Sang Pencipta. Di beberapa situasi, ia harus memperkuat niat untuk melancarkan ibadah orang lain. Di sisi lain ia harus mengakui bahwa ini bisnis yang memang cari duit.
“Ini bisnis yang ada hubungannya dengan agama. Niatnya ya jalan Islam. Termauk urusan kualitas hewan ternak, ya harus bagus. Kalau suplai hewan kurban bermasalah, kami dosa,” tegasnya. (hdl)