Semarang (pilar.id) – Meski mungkin tidak setenar beberapa candi lain di Jawa Tengah, Candi Gedong Songo tetap merupakan destinasi menarik bagi para pelancong yang gemar menjelajahi warisan sejarah.
Candi Gedong Songo adalah sebuah kompleks candi Hindu yang terletak di Dusun Gedongsongo, Desa Candi, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Indonesia. Kompleks candi ini terdiri dari sembilan candi yang tersebar di sepanjang bukit.
Petugas di kompleks candi menjelaskan, “Candi Gedong Songo tersebar di beberapa lokasi, yaitu Desa Candi, Kecamatan Bandungan, dan Desa Jubelan, Kecamatan Sumowono.”
Kawasan candi ini terletak di perbukitan lereng Gunung Ungaran dengan ketinggian berkisar antara 1200 hingga 1400 meter di atas permukaan laut.
Sejarah Candi Gedong Songo
Dikutip dari laman Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Kawasan Cagar Budaya Gedongsongo diyakini oleh para ahli memiliki sejarah yang sama dengan Candi Dieng, yang dibangun pada kurun waktu abad ke-7 hingga 9 Masehi, saat Dinasti Sanjaya dari Kerajaan Mataram Lama berkuasa.
Nama Gedongsongo berasal dari bahasa Jawa, di mana gedong berarti rumah atau bangunan, dan songo berarti sembilan.
Oleh karena itu, Gedongsongo berarti sembilan (kelompok) bangunan. Semua candi dalam kompleks ini memiliki tiga bagian: bagian bawah yang menggambarkan alam manusia, bagian tengah yang menggambarkan alam yang menghubungkan alam manusia dan alam dewa, serta bagian atas yang menggambarkan alam para dewa.
Keberadaan candi-candi ini pertama kali diungkapkan oleh seorang penjelajah bernama Loten pada tahun 1740 M. Pada tahun 1840, Th. Stamford Raffles melaporkan kompleks ini sebagai Candi Banyukuning, tetapi dalam bukunya The History of Java (1817), Raffles mencatatnya sebagai Gedong Pitoe karena pada saat itu hanya ada tujuh kelompok bangunan.
Selanjutnya, Van Braam membuat publikasi dengan melukisnya pada tahun 1825 M, dan lukisan tersebut sekarang disimpan di Museum Leiden.
Beberapa penelitian juga dilakukan oleh arkeolog Belanda seperti Van Stein Callenfels pada tahun 1908 M dan Knebel pada tahun 1911 M. Hasil dari penelitian ini mengungkapkan dua kelompok candi lainnya, sehingga kompleks ini diberi nama Gedongsongo, yang berarti sembilan bangunan dalam bahasa Jawa.
Pada tahun 1928-1929, dinas purbakala pada masa pemerintahan Belanda melakukan pemugaran terhadap Candi Gedong I, dan pada tahun 1939-1931 dilakukan pemugaran terhadap Candi Gedong II. Pada tahun 1977-1978, Candi Gedong II, Candi Gedong IV, dan Candi Gedong V dipugar oleh Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jawa Tengah.
Upaya pemugaran dan penataan lingkungan juga dilakukan oleh pemerintah Indonesia selama hampir 10 tahun dari tahun 1972 hingga 1982. Pada tahun 1997, Kompleks Percandian Gedongsongo diperbaharui oleh Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jawa Tengah.

Deskripsi Sembilan Candi
Kompleks Percandian Gedongsongo terletak di kaki Gunung Ungaran pada ketinggian antara 1200 hingga 1400 meter di atas permukaan laut. Meski nama Gedongsongo mengacu pada keberadaan sembilan kelompok candi, saat ini hanya lima kelompok yang masih utuh.
Kelima kelompok candi ini terletak tersebar, dimulai dari Candi Gedong I yang terletak paling bawah hingga Candi Gedong V yang terletak paling atas.
Semua candi dibangun di puncak-puncak bukit yang berbeda dan memiliki tata letak yang mengikuti konsep Triloka dalam tradisi Hindu. Batas-batas masing-masing situs diidentifikasi dengan pagar yang sekarang menjadi pagar kawat berduri atau tanaman.
Candi Gedong I
Candi Gedong I adalah satu-satunya candi dalam kompleks ini yang masih utuh. Candi ini memiliki bentuk persegi panjang dengan tinggi sekitar 4-5 meter.
Candi ini berdiri di atas batur atau kaki candi setinggi 1 meter yang dihiasi dengan pahatan relief sulur dan bunga di sekelilingnya.
Candi ini menghadap ke arah timur dan memiliki tangga kecil serta pintu masuk. Di bagian dalamnya terdapat sebuah bilik.
Pada tepian pradaksina patha terdapat sisa pagar langkan. Bagian luar candi terlihat polos tanpa hiasan relief, hanya terdapat pahatan sederhana berbentuk bunga membentuk seperti bingkai yang kosong di tengahnya.
Candi Gedong II
Candi Gedong II juga memiliki batur setinggi 1 meter dengan selasar selebar 0,5 meter yang mengelilingi candi. Tangga dan pintu masuknya terletak di sisi timur, mengindikasikan orientasi candi ke arah timur.
Pada bagian pintu masuk terdapat hiasan Kalamakara yang dipahat di atas pintu masuk. Pada tubuh candi di bagian sisi luar ketiga dinding candi terdapat relung atau ceruk kecil untuk meletakkan arca. Atap bagian atas candi hanya tinggal reruntuhan.
Di depan candi ini terdapat reruntuhan bangunan candi kecil atau biasa disebut dengan Candi Perwara yang berfungsi seakan sebagai penjaga.
Candi Gedong III
Candi Gedong III terdiri dari tiga bangunan: dua bangunan yang menghadap ke timur dan satu yang menghadap ke barat. Kedua bangunan yang menghadap ke timur mirip, tetapi yang di sebelah utara lebih besar dan lebih tinggi.
Bangunan yang lebih besar disebut sebagai candi utama, sementara yang lebih kecil adalah candi perwara. Tubuh candi berdiri di atas batur yang rendah dengan denah dasar berbentuk persegi.
Atap kedua bangunan tersebut berbentuk 3 persegi bersusun dengan puncak atap runcing, mirip dengan atap Candi Gedong II. Sekeliling batur dihiasi dengan pahatan pola kertas tempel. Di pertengahan masing-masing sisi kaki candi terdapat relung, salah satunya berisi Arca Ganesha.
Di dinding candi terdapat relung tempat meletakkan arca. Pada dinding di sisi barat, utara, dan selatan masing-masing bangunan terdapat relung ini, yang sekarang dalam keadaan kosong.
Di relung dinding selatan candi utama terdapat Arca Ganesha dalam posisi bersila, sedangkan di relung dinding selatan terdapat Arca Durga bertangan delapan dalam posisi berdiri.
Candi Gedong IV
Candi Gedong IV terdiri dari satu candi utama dan beberapa bangunan candi yang sebagian besar adalah reruntuhan dan kemungkinan merupakan candi perwara.
Candi utama ini memiliki bentuk yang mirip dengan Candi Gedong II, dengan batur setinggi 1 meter dan selasar selebar 0,5 meter mengelilingi candi. Candi ini menghadap ke timur dan memiliki tangga serta pintu masuk dengan bilik penampil di sampingnya, meskipun bilik tersebut kosong tanpa arca.
Selain candi utama, ada juga Candi Gedong IV-A, yang terdiri dari dua batur bersebelahan. Satu batur telah direstorasi, sementara yang lainnya hanya sebagian kaki yang masih ada. Di sisi lain, terdapat tumpukan batu sisa pemugaran.
Candi Gedong IV-A mirip dengan candi perwara di Gedong III, menghadap ke timur dengan penampil dan anak tangga masuk ke dalam bilik. Tidak ada hiasan yang dipahatkan pada batu penyusun bangunan ini.
Candi Gedong V
Candi Gedong V mirip dengan Candi Gedong IV, terdiri dari satu candi utama dan beberapa reruntuhan candi di dekatnya yang diduga adalah candi perwara. Bangunan utama Candi Gedong V ini mirip dengan Candi Gedong II, tetapi pada relung dinding luar terdapat sebuah Arca Ganesha yang masih utuh, dengan posisi duduk bersila.
Reruntuhan Tambahan
Selain kelima candi tersebut, ada juga beberapa reruntuhan lain di kompleks Gedongsongo, yang disebut sebagai Runtuhan I, Runtuhan II, dan Runtuhan III. Runtuhan I terletak di sebelah barat Candi V, Runtuhan II di sebelah barat Candi IV, dan Runtuhan III di sebelah barat laut Candi IV.
Semua reruntuhan ini merupakan bagian dari kompleks candi ini dan telah diinventarisasi untuk pemeliharaan lebih lanjut.
Candi Gedong Songo adalah destinasi wisata sejarah yang menarik untuk dijelajahi, dan merupakan salah satu warisan berharga dari masa lalu Jawa Tengah yang masih dapat kita nikmati hingga saat ini. (hdl)