Jakarta (pilar.id) – Hanya iseng-iseng. Mungkin itu kalimat tepat untuk Achmad Ravy Surya Gumilang, ketika ia terpilih sebagai salah satu siswa asal Indonesia yang berangkat ke Jepang. Ravy ke Jepang dalam rangka mengikuti program pertukaran budaya pelajar sekolah menengah atas (SMA).
Ia lolos seleksi Asia Kakehashi Project, sebuah program beasiswa dari pemerintah Jepang untuk siswa dan siswi SMA Indonesia yang bertujuan menjembatani pemahaman antarbudaya Jepang dengan negara-negara di Asia, termasuk Indonesia. Program ini diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan, Budaya, Olahraga, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Jepang.
“Saya mendapatkan informasi tentang program beasiswa itu dari teman komunitas bahasa Jepang. Teman komunitas ada yang berbagi informasi mengenai Asia Kakehashi Project di grup WhatsApp,” kata Ravy saat berbincang dengan Pilar.id via sambungan telepon, Selasa (22/2/2022).
Program ini ditujukan untuk siswa yang tengah mempelajari bahasa Jepang di sekolah atau di lembaga bahasa lainnya. Persyaratan ini cocok dengan Ravy. Selain sedang belajar bahasa Jepang, siswa kelas 10 SMK PGRI 1 Gresik, Jawa Timur memang sejatinya suka dengan sesuatu yang berbau dengan Negeri Sakura.
Meskipun saat ini sudah dinyatakan lolos seleksi, menurut pengakuan Ravy, saat melakukan tahap pendaftaran hingga mengerjakan tes yang diberikan panitia, menjadi suatu hal yang tidak mudah. Dari mulai pendaftaran hingga pengumuman lolos satu tidak memakan waktu kurang lebih 6 bulan.
Kata Ravy, ada banyak tahap seleksi yang harus dia lalui. Setiap sela-sela tahap seleksi, dia saya diminta untuk membuat esai dengan tema pendidikan. Mulanya hanya diminta membuat esai dengan menggunakan bahasa Indonesia, namun saat pemberkasan final Ravy harus membuatnya dengan menggunakan bahasa Inggris dan Jepang.
“Daftarnya sulit. Mungkin karena yang diminta dalam pendaftaran itu sangat rinci, form-nya banyak sekali,” terangnya.
Sesuai fokus dari Asia Kakehashi Project, siswa yang terpilih untuk berangkat ke Jepang diharuskan memiliki visi dan misi. Siswa diharuskan dapat menggambarkan atau menceritakan budaya di tempatnya tinggal, termasuk Ravy.
Ravy akan memperkenalkan Tari Remo kepada Jepang. Diketahui, tari yang berasal dari Jombang, Jawa Timur ini dikenal sebagai tari penyambut tamu kehormatan yang sarat makna. Saat ini, dia mengaku sedang memperdalam pengetahuannya terkait Tari Remo.
Selain Tari Remo, Ravy akan terus mempelajari budaya asal Indonesia untuk diperkenalkan kepada siswa-siswi di Jepang. Diantaranya, Ravy bakal memperkenalkan kuliner khas Surabaya, hingga seni beladiri silat saat berada di Jepang nanti.
Waktu Ravy mempelajari budaya asal Indonesia lumayan panjang, sekitar 4 bulan. Ia akan berangkat ke Jepang sekitar bulan Juli 2022.
Apa yang dicapai oleh Ravy merupakan hal yang luar biasa. Ravy adalah sosok anak yang cerdas. Selain mendapatkan beasiswa ke Jepang selama 8 bulan, dia jago dengan hal-hal yang berhubungan dengan ilmu robotika.
Ia pernah juara 1 kegiatan Olimpiade Teknologi Informasi (TI) Robotik jenjang SMP/MTs tingkat kabupaten. Selain itu, Ravy tahun 2020 berhasil menyabet juara 3 dalam kejuaraan Line Tracer Analog Kategori Senior Tingkat Nasional IRRC 2020 V.1.
Adapun, siswa kelahiran 24 Juni 2006 ini berpesan, bagi anak-anak penerus bangsa agar bisa menghargai waktu. Karena menurut Ravy, menyia-nyiakan waktu adalah kesalahan terbesar dalam hidup. “Hargailah waktu dan pergunakan waktu untuk banyak belajar banyak hal,” tutup Ravy. (her/hdl)