Jakarta (pilar.id) – Pada 2023, memperkirakan pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 4,6-5,3 persen atau lebih tinggi dari ekonomi global yang diperkirakan tumbuh 2,6 persen ditegaskan Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memperkirakan pertumbuhan ekonomi nasional pada 2022 mencapai 5,2 persen, ditopang oleh ekspor dan konsumsi domestik yang perlu dipertahankan ke depan.
“Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi kita lebih tinggi dari (pertumbuhan) dunia, bahkan lebih tinggi dari negara berkembang lainnya. Tentu kita harus mendorong ekspor, melakukan hilirisasi, dan memperkuat ekonomi kerakyatan,” ungkap Warjiyo dalam webinar “Pemulihan Ekonomi Nasional” yang diselenggarakan DPR RI di Jakarta, Rabu.
Pertumbuhan ekonomi tahun ini diperkirakan mencapai 5,2 persen, karena Indonesia berhasil menjaga daya beli masyarakat yang menyumbang lebih dari 50 persen produk domestik bruto (PDB) antara lain dengan mengendalikan inflasi.
Pada September 2022, inflasi tahunan mencapai 5,9 persen atau lebih rendah dari perkiraan BI sebesar 6,2 persen secara tahunan.
“Hal ini karena koordinasi yang kuat untuk mengatasi dampak rambat kenaikan harga komoditas dan bahan bakar minyak (BBM). Koordinasi dilakukan melalui Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah, gerakan nasional pengendalian harga pangan, dan pemberian insentif fiskal,” tuturnya.
BI juga akan menjaga nilai tukar rupiah yang terdepresiasi sebesar tujuh persen sepanjang tahun 2022, sehingga kenaikan harga pangan dan energi global tidak mempengaruhi harga pangan dan energi dalam negeri.
Pertumbuhan kredit juga akan terus didorong melalui koordinasi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sehingga dapat tumbuh hingga 11 persen per tahun pada 2022 dan terus tumbuh 10 persen pada 2023.
“Bank Indonesia juga mendorong penyaluran kredit ke sektor-sektor prioritas, Termasuk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM),” urainya.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto sebelumnya menyatakan bahwa Indonesia saat ini masih menjadi negara dengan pertumbuhan tertinggi kedua di antara negara-negara anggota G20, setelah Arab Saudi.
“Memiliki pasar domestik yang cukup kuat, perekonomian Indonesia juga relatif aman di dalam, dan diprediksi pertumbuhan ekonomi tahun depan berada di kisaran 4,8 persen hingga 5,2 persen,” tegas Menkeu.
Kinerja perekonomian Indonesia yang impresif juga akan dipertahankan pada tahun 2022, didukung oleh faktor eksternal yang meyakinkan, sehingga Indonesia tidak dianggap sebagai negara yang rawan masalah keuangan.
Namun, di tengah ketidakpastian dan ancaman resesi global akhir-akhir ini, pemerintah terus melakukan berbagai langkah antisipatif serta menumbuhkan optimisme terhadap perekonomian nasional.
Untuk menjaga kinerja perekonomian nasional yang mengesankan dan mengantisipasi tantangan ke depan, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian memantau dan mengevaluasi capaian kinerja berbagai program prioritas dengan menjadi tuan rumah Rapat Pimpinan di luar kantor triwulan III 2022 di Semarang, Jawa Tengah, pada 13-14 Oktober 2022.
Kegiatan yang dipimpin oleh menteri tersebut diselenggarakan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan kebijakan atau program yang dilakukan oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Dengan evaluasi kinerja yang menyeluruh, berbagai perbaikan menyeluruh juga akan dilakukan untuk mendapatkan solusi terbaik atas permasalahan yang sudah ada sebelumnya. (din/antara)