Surabaya (pilar.id) – Kasus penganiayaan dan gaya hidup suka pamer harta kekayaan yang dilakukan oleh Mario Dandy Sastrio mendapatkan perhatian dari Dosen Kajian Media Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya, Radius Setiyawan.
Dosen UM Surabaya ini, menduga bahawa Mario Dandy yang merupakan anak dari mantan pejabat di Ditjen Pajak Kementerian Keuangan mengidap Narcissistic Personality Disorder.
Dugaan tersebut, muncul dari penilaian Radius Setiyawan dari perilakunya di media sosial yang kerap memamerkan harta kekayaan seperti mengendarai Jeep Rubicon dengan kecepatan tinggi di jalanan maupun berkendara ugal-ugalan menggunakan Moge Harley Davidson.
Radius menyebutkan bahwa mereka yang mengidap Narcissistic Personality Disorder cenderung mementingkan ego sendiri, minim rasa empati, dan memiliki keinginan untuk pengakuan yang berlebihan.
Dosen Desain Komunikasi Visual (DKV) itu menyebut, seseorang yang merasa dirinya paling hebat hingga menyombongkan kemampuan bisa jadi orang tersebut mengidap narcissistic personality disorder.
“Seseorang yang merasa dirinya paling hebat, menyombongkan kemampuan baik pengetahuan, penampilan, kekayaan, keahlian dan kehebatan yang lain bisa jadi orang tersebut mengidap yang namanya narcissistic personality disorder atau gangguan kepribadian narsistik,” ujar Radius ditulis Rabu (1/3/2023).
Tak hanya itu, Radius mengungkapkan bahwa seseorang yang kerap pamer harta juga akan mengalami risiko pada masalah di dalam kehidupan aslinya. Sebab, hal itu dapat mempengaruhi hubungan, pekerjaan, lingkungan sekitar, bahkan dalam hal keuangan.
“Yang paling membahayakan adalah ketika kepribadian ini merasa terancam. Ia akan melakukan intimidasi, bully, bahkan kekerasan fisik agar lawannya merasa tak berdaya dan merasa keberadaanya tidak berguna,” katanya.
Fenomena pamer harta tersebut, kata Radius, sudah berada di level ekstrem karena telah sampai pada tahap kriminal dan tentu perlu mendapatkan perhatian serius dari berbagai pihak. Menurutnya, kasus ini tak lepas dari pengaruh media sosial yang mempermudah dalam mengekspresikan diri dan menyebarkan informasi.
“Kita semua tahu, pada zaman ini banyak orang yang menjadikan konten-konten media sosial sebagai acuan kehidupan, tentunya hal ini akan dijadikan seseorang dalam meningkatkan exposure agar ia diakui dan dipuji,” ujarnya.
Radius menambahkan, fenomena pamer harta di media sosial menjadi salah satu upaya mempertahankan status sosial di hadapan orang lain. Apalagi, jika pelakunya dari golongan ekonomi atas. Sebab, bagi sebagian orang merawat status sosial merupakan hal sangat penting, terlebih di media sosial.
“Hal tersebut seolah akan menegaskan siapa dirinya pada strata lapisan sosial yang mana, tak heran jika banyak yang memperlihatkan terang-terangan kekayaan yang dimiliki, padahal hal ini sangat berbahaya, karena memberikan peluang kepada oknum tertentu dalam melakukan tindak kejahatan,” tandasnya. (fat)