Surabaya (pilar.id) – Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya terus menunjukkan komitmennya dalam menangani masalah banjir di beberapa wilayah Kota Pahlawan. Pemkot Surabaya telah melaksanakan penanganan banjir dengan skala prioritas dan pemetaan wilayah.
Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, mengungkapkan bahwa jumlah titik banjir di Kota Pahlawan terus menurun. Bahkan, sejak dia pertama kali menjabat sebagai wali kota hingga saat ini, jumlah tersebut telah berkurang dari 451 menjadi 250 titik banjir. Dalam dua tahun terakhir, tercatat penurunan sebanyak 201 lokasi banjir.
“Ketika saya pertama kali menjabat, titik banjir berjumlah 451, dan hari ini setelah dua tahun menjabat, berkurang menjadi 250 titik. Dari 250 titik ini, yang tersisa adalah posisi saluran primer dan sekunder, yang membutuhkan biaya besar untuk penanganannya,” ujar Wali Kota Eri Cahyadi pada Jumat (12/1/2024).
Wali Kota Eri berharap bahwa ratusan titik banjir ini dapat terus berkurang setiap tahunnya. Targetnya adalah pada tahun 2026, tidak ada lagi titik banjir di Kota Surabaya.
“Orang mungkin tidak menyadari bahwa ada banjir hanya untuk sementara waktu. Namun, jika dalam 15-20 menit airnya surut, itu bukan banjir tetapi genangan. Hal itu terjadi karena saluran-saluran tertentu tidak dapat menampung air dengan baik,” tambahnya.
Selain saluran yang belum memadai, elevasi permukaan air laut yang lebih tinggi dari daratan juga menjadi penyebab genangan. Ketika hujan turun, air tidak dapat langsung mengalir ke laut, menyebabkan genangan.
“Ketika hujan, aliran air pasti tidak bisa langsung menuju laut, memerlukan waktu. Itulah yang disebut genangan, dan biasanya hanya berlangsung selama 15-20 menit,” jelasnya.
Menurut Wali Kota Eri, genangan juga disebabkan oleh berkurangnya lahan kosong di Surabaya yang dapat menyerap air. Oleh karena itu, setiap kawasan perumahan yang dibangun seharusnya menyediakan lahan untuk menampung air hujan, seperti bozem.
“Dulu, tanah lapang digunakan untuk menampung air, namun sekarang dibangun perumahan, sehingga daya tampungnya otomatis berkurang. Oleh karena itu, perumahan seharusnya memiliki daya tampung air, tetapi saat ini kita sedang menyelesaikannya,” ungkapnya.
Wali Kota Eri menegaskan bahwa penanganan banjir menjadi prioritas Pemkot Surabaya pada tahun 2024. Sebagai bukti komitmen dalam menyelesaikan masalah ini, Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM) telah membuat perjanjian kontrak kinerja dengan Wali Kota Eri Cahyadi.
“Saya telah menandatangani perjanjian kontrak kinerja. Bukan hanya kepala dinas, tapi juga kepala bidang langsung menandatangani bersama saya,” tutupnya. (rio/hdl)