Jakarta (pilar.id) – Charta Politika Indonesia mencatat, elektabilitas Wali Kota Surakarta, Gibran Rakabuming Raka tertinggi dalam survei Pilkada (Pilgub) Jawa Tengah. Elektabilitas anak pertama Presiden Joko Widodo itu sebesar 34,8 persen.
Gibran meninggalkan tokoh-tokoh lain yang juga masuk dalam survei, seperti Wakil Gubernur Jateng Taj Yasin Maimoen dengan perolehan elektabilitas sebesar 9,3 persen, Hendrar Priadi 6,9 persen, Rustriningsih 3,8 persen, Achmad Husein 3,8 persen, F.X. Hadi Rudyatmo 3,1 persen, dan Yulianto 1,5 persen.
Peneliti politik dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Wasisto Jati menilai, tingginya elektabilitas Gibran bisa memunculkan sinyalemen positif menuju Jateng 1. Namun setidaknya, kata dia, Gibran tidak perlu terburu buru memikirkan untuk menjabat sebagai gubernur Jateng.
“Saya pikir untuk saat ini dan ke depan itu peluangnya besar. Tinggal bagaimana mencari sosok calon wakil gubernu (cawagub) yang sepadan untuk bisa mengimbangi kinerja Gibra,” kata Wasisto kepada Pilar.id, Sabtu (8/1/2022).
Bukan tanpa alasan, kinerja Gibran sebagai Wali Kota Surakarta sudah menunjukkan hasil yang signifikan. Meski begitu, performa positif tersebut perlu diuji eksistensinya, paling tidak selama satu periode masa jabatan.
“Kalau dilihat secara visual, kinerja Gibran sendiri sudah menunjukkan hasil signifikan. Dari segi partai, saya pikir cocok saja (menjadi cagub Jateng), terlebih Jateng juga dikenal sebagai kandang banteng (PDI Perjuangan),” ujarnya.
Sebagai informasi, survei digelar pada periode 28 September–3 Oktober 2021. Melalui akun Twitter-nya @yunartowijaya, Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia Yunarto Wijaya bilang, Pilkada Jateng bisa menjadi isu hangat secara nasional.
Tak hanya elektabilitas, popularitas Gibran juga sangat merajai. Ayah dari Jan Ethes ini memiliki tingkat popularitas hingga 52,8 persen. Di bawahnya ada Taj Yasin dengan tingkat popularitas 10 persen dan Hendrar Priadi 6,5 persen.
“Nama Gibran jauh di atas nama-nama lain termasuk walkot semarang dan wagub incumbent sekalipun…Akan beda ceritanya kalo disurvei pilkada DKI.. Isu politik dinasti potensi jadi beban,” kicau Yunarto. (her)