Yogyakarta (pilar.id) – Sebanyak 57 film dokumenter pilihan dari 18 negara ditayangkan pada ajang bergengsi Festival Film Dokumenter (FFD) 2022 yang digelar di tiga tempat yakni di Eks Bioskop Permata, Bioskop Sonobudoyo dan IFI-LIP Yogyakarta, mulai 14-19 November 2022.
Gelaran ke-21 festival film pertama di Indonesia dan Asia Tenggara ini, merupakan kali pertama yang diselenggarakan secara luring, setelah dua tahun sebelumnya daring dan hybrid akibat pandemi.
Direktur Program FFD 2022, Alia Damaihati mengatakan setiap tahunnya, pihaknya kerap menemui tantangan dan kerumitan yang berbeda pada proses penyeleksian film. Selain itu, setiap film memiliki tantangan dan kekuatannya masing-masing.
“Pada konteks tertentu kami percaya, film dan ruang dapat saling menguji. Berangkat dari gagasan dan paradoks ketidakutuhan, baik film, ruang maupun situasi yang sedang kita hadapi, kami menemukan banyak perbincangan menarik, bagaimana ketidakutuhan merupakan celah yang telah ada dalam berbagai film kepada penontonnya di berbagai ruang,” jelasnya, Selasa (15/11/2022).
Selain itu, film-film yang diputar terbagi menjadi program kompetisi dan non kompetisi. Pada program kompetisi meliputi International Feature-Length Documentary Competition, Indonesia Feature-Length Documentary Competition, Short Documentary Competition, dan Student Documentary Competition.
Sementara itu, program non kompetisi terdiri dari program Perspektif (berbicara mengenai collective memory), Program Lanskap (diskusi mengenai diversitas dokumenter Indonesia), serta Program Spektrum (pertanyaan tentang eksplorasi bentuk sebuah film dokumenter).
“Kalau dari Indonesia, ada delapan provinsi yang mengirimkan karya pada FFD tahun ini. Selain itu juga, beberapa judul di antaranya telah ditayangkan di berbagai festival film internasional hingga menjadi nominasi Festival Film Indonesia untuk kategori dokumenter,” tambahnya.
Selain pemutaran film, lanjut Alia FFD 2022 juga menghadirkan diskusi DOCTALK dan DOC Forum. DOC Forum ialah lokakarya intensif dan berfokus pada perkembangan pengetahuan, praktik medium, kerja jaringan, serta aktivasi ruang melalui medium dokumenter yang dapat diikuti secara terbatas oleh beberapa perwakilan komunitas film dokumenter.
“Sementara DOCTALK merupakan program diskusi dan presentasi terkait perkembangan praktik film dan ekosistem dokumenter. Semua kegiatan ini, bisa diakses oleh teman-teman secara gratis,” tutupnya. (riz/hdl)