Surabaya (pilar.id) – Menjadi salah satu peserta Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA) adalah suatu prestasi yang membanggakan bagi mahasiswa. Hal ini juga menjadi kebanggaan bagi Sarah Widodo, mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Airlangga (Unair).
Sarah Widodo telah memulai perjalanan akademiknya sebagai peserta IISMA dengan mengikuti program studi di luar negeri di Facultad de Derecho, Pontificia Universidad Católica de Chile (UC Chile) di Santiago, Chile. Program ini dimulai pada awal Agustus dan akan berlangsung hingga Desember mendatang.
Keputusan Sarah untuk mengikuti program di negara berbahasa Spanyol ini didasari oleh minatnya pada bahasa Spanyol yang berkembang saat dia mengikuti program AFS di Spanyol pada tahun 2018. Dia ingin memahami perbedaan antara penggunaan bahasa Spanyol di Eropa dan Amerika Latin secara langsung dari sumbernya.
Pilihan Sarah untuk belajar di UC Chile didasarkan pada reputasi universitas tersebut sebagai yang terbaik di seluruh Amerika Latin selama lima tahun berturut-turut, serta peringkat 103 di QS World University Rankings. Sarah juga menemukan bahwa Chile tidak se-menakutkan yang dia bayangkan.
Selama mengikuti program di UC Chile, Sarah mengalami pendekatan pembelajaran yang berbeda. Diskusi diutamakan daripada teori, dan dosen selalu mengirimkan materi pra-pembelajaran sebelum sesi kelas berlangsung.
Mahasiswa di sana memiliki kebebasan untuk berpendapat, bertanya, atau berdebat tanpa takut bahwa pendapat mereka akan memengaruhi penilaian mereka. Selain itu, dosen juga sangat memperhatikan kesehatan mental mahasiswa dan secara rutin mengirimkan email untuk memeriksa kondisi kesehatan mereka serta mengatasi hambatan yang mungkin mereka hadapi dalam proses belajar mengajar.
Namun, pengalaman Sarah di Chile tidak terbatas pada lingkup akademik. IISMA juga memberikan para peserta kesempatan untuk mengikuti berbagai kegiatan, seperti tur ke destinasi wisata seperti Valparaíso, Viña del Mar, dan Palacio de La Moneda. Selain itu, mereka juga berpartisipasi dalam cultural week dan memperkenalkan budaya Indonesia kepada mahasiswa UC Chile.
Hal yang menarik adalah hubungan akrab yang terjalin antara para peserta IISMA UC Chile dengan para rohaniwan dan biarawati yang bekerja di Chile. Mereka sering kali diundang untuk makan malam bersama dan bahkan terlibat sebagai sukarelawan di sekolah yang dikelola oleh kongregasi gereja. Semua ini terjadi tanpa memandang perbedaan identitas antarindividu.
Sarah menganggap pengalaman ini sangat berharga, mengingat sensitivitas terhadap isu agama dan suku di Indonesia. Dia merasa bahwa di Chile, mereka seperti keluarga yang telah saling mengenal lama.
Dia telah belajar banyak tentang toleransi dan komunikasi lintas budaya dari rohaniwan dan biarawati. Setelah bertahun-tahun mempelajari konsep Bhinneka Tunggal Ika dalam teori, program ini membantunya menerapkannya dalam kehidupan nyata.
Perbedaan dalam dialek bahasa Spanyol di Eropa dan Chile juga menjadi tantangan tersendiri bagi Sarah. Oleh karena itu, dia harus belajar bahasa Spanyol dari awal karena perbedaan signifikan antara keduanya.
Selain mendapatkan wawasan baru yang berharga, Sarah juga melihat peluang karir di bidang hukum. Dia berencana untuk melanjutkan studi magister dan berkarir di Chile. Selanjutnya, dia berencana untuk berbagi pengalaman dan pengetahuannya dengan mengajar kelas bahasa Spanyol di Indonesia setelah kembali dari program ini.
“Melalui program IISMA, saya juga mulai menjalani proses penemuan diri, belajar mandiri, mempercayai intuisi, dan mendapatkan perspektif yang berbeda dalam memandang dunia. Program ini benar-benar mengajarkan saya arti dari you’re on your own kid,” tambah Sarah.
Sarah berharap bahwa para calon peserta IISMA tahun depan akan melihat Chile sebagai destinasi belajar yang tidak kalah baik dengan universitas di Eropa dan Amerika Serikat. Dia berharap bahwa stigma negatif terhadap Amerika Latin dapat berubah, karena pada dasarnya, you’ll never know if you never even try. (ret/ted)