Semarang (pilar.id) – Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, telah memberikan pandangannya mengenai pesan yang diungkapkan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam Pidato Kenegaraan selama sidang tahunan MPR RI.
Menurut Ganjar, pesan tersebut sangat jelas. Ia sepakat bahwa polusi budaya serta situasi yang mendorong tindakan kasar harus dicegah guna mempertahankan citra Indonesia di dunia.
Ganjar memantau Pidato Kenegaraan Presiden RI tersebut saat hadir dalam rapat paripurna bersama DPRD Provinsi Jawa Tengah. Rapat tersebut juga dihadiri oleh Wakil Gubernur Taj Yasin Maimoen, serta perwakilan Forkompimda dan mahasiswa.
“Pesan yang disampaikan sangat jelas. Kami harus menghindari polusi budaya yang tidak selaras dengan nilai-nilai kita. Contohnya, perilaku kasar dan kurang hormat,” tutur Ganjar di Kantor DPRD Provinsi Jawa Tengah pada hari Rabu (16/8/2023).
Ganjar menyoroti pernyataan Jokowi tentang tanggung jawab besar yang dihadapi oleh bangsa Indonesia di masa mendatang, terutama dalam mencapai Indonesia Emas 2045.
Langkah-langkah menuju pencapaian ambisi ini telah dimulai saat ini, dan di bawah kepemimpinan Presiden Jokowi, Indonesia telah memperoleh kepercayaan dunia, yang berdampak pada posisi strategisnya.
“Ada tantangan besar yang harus kita hadapi dalam konteks global, terutama peran Indonesia di dunia,” katanya.
Bonus demografi Indonesia yang akan mencapai puncaknya sekitar tahun 2030 harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Kesempatan ini dapat dilihat sebagai aset bagi Indonesia, didukung oleh kepercayaan internasional yang telah terbangun.
“Kami memiliki bonus demografi yang perlu kami manfaatkan secara produktif dan progresif. Saya percaya pernyataan presiden sangat jelas,” tambahnya.
Ganjar juga mendukung pandangan Presiden Jokowi mengenai situasi politik di tahun mendatang. Indonesia dijadwalkan akan mengadakan pemilihan umum pada tahun 2024. Antusiasme seputar pemilihan calon penerus Jokowi telah mulai berkembang dalam beberapa waktu terakhir.
Ganjar mengajak seluruh komponen masyarakat untuk bersama-sama meredam potensi perpecahan dan ketidakpercayaan yang mungkin muncul.
“Di tingkat daerah, kami seharusnya mendukung kondisi yang ada. Juga, dalam tahun politik ini, mari bersama-sama mengurangi faktor-faktor yang berpotensi menciptakan situasi sensitif,” jelasnya.
Seperti yang dinyatakan dalam Pidato Kenegaraan Presiden RI pada sidang tahunan MPR di Gedung MPR/DPR RI, Presiden Jokowi menyampaikan beberapa poin penting.
Salah satunya adalah tentang polusi budaya yang merusak nilai-nilai luhur bangsa. Menurut Jokowi, budaya santun dan budi pekerti mulai terkikis. Kebebasan dan demokrasi sering digunakan untuk menyebarkan kebencian dan fitnah.
“Polusi budaya ini sangat merusak nilai-nilai budi pekerti bangsa Indonesia. Tentu saja, tidak semua orang seperti itu. Saya melihat banyak warga yang merasa kecewa terhadap polusi budaya ini. Kritik dan hinaan yang muncul sebenarnya membangkitkan rasa kepedulian bersama kita, rasa kepedulian bangsa dalam menjaga moralitas ruang publik,” kata Jokowi dalam pidatonya.
Jokowi juga menyoroti pentingnya kepercayaan internasional yang telah dibangun oleh Indonesia. Menurutnya, ini bukan hanya retorika, melainkan hasil dari peran aktif Indonesia dalam berbagai situasi.
Presiden menekankan contoh keberhasilan Indonesia dalam forum G20 dan posisi yang konsisten dalam ASEAN. Selain itu, komitmen Indonesia terhadap HAM, kemanusiaan, kesetaraan, serta cara Indonesia menghadapi krisis global, semuanya telah mengangkat citra Indonesia di panggung dunia.
Dalam dunia yang dipenuhi perbedaan, Indonesia, dengan dasar Pancasila, harmoni dalam keragaman, dan prinsip demokrasinya, mampu menjadi mediator dan jembatan antara perbedaan.
“Dengan tingkat kepercayaan internasional yang kuat, prestise kita akan lebih diakui, dan kedaulatan kita akan lebih dihormati. Suara Indonesia akan lebih didengar, yang akan memudahkan kita dalam setiap perundingan. Peluang ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Kehilangan peluang ini tentu akan merugikan, karena tidak semua negara memiliki kesempatan serupa,” ungkap Jokowi. (hdl)