Kulon Progo (pilar.id) – Melimpahnya hasil perkebunan kelapa di Padukuhan Polodadi, Kalurahan Kulur, Kapanewon Temon, Kabupaten Kulon Progo membuat Purwasih memanfaatkannya menjadi kudapan nikmat.
Adalah Geplak, panganan berbentuk bulat berwarna-warni khas Bantul ini kerap menjadi oleh-oleh wisatawan yang berkunjung ke Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Purwasih telah berkecimpung memproduksi geplak yang terbuat dari daging buah kelapa ini sejak tahun 2019.
“Ini generasi kedua. Ibu mertua saya itu asal Bantul, lalu dikelola suami saya. Setelah tiada, sekarang saya yang mengelola,” ungkapnya.
Melalui Geplak Pak Kusnan, Purwasih yang dibantu sang anak menyebut produksi yang dimulai sejak 1967 ini telah berhasil mempertahankan cita rasa yang dipertahankan turun temurun dari generasi pertama.
“Rasa dijamin sama. Kalau varian kita tetap ngikuti pasar, sekarang ada rasa vanili, strawberry, pandan dan durian,” katanya.
Purwasih menjelaskan, pembuatan geplak diawali dengan memisahkan dan membersihkan kelapa dari kulitnya. Kemudian kelapa tersebut diparut.
“Setelah diparut, kita campur dengan gula pasir. Perbandingan 50:50, baru kita masak sekitar 30 menit di tungku api,” jelasnya.
Selanjutnya, adonan yang dimasak tersebut kemudian diaduk-aduk, dan beberapa menit sebelum matang geplak tersebut ditambahkan aroma yang membuat harum dan semakin membuat tampilan geplak menarik.
Dibantu delapan orang karyawan yang merupakan tetangga sekitarnya, dalam sehari Purwasih mampu membuat dua kwintal. Bahkan, hingga tiga kwintal saat musim lebaran, dan liburan.
Teksturnya yang lembut dengan rasa yang manis dan warnanya yang cantik ini dibanderol dengan harga yang sangat terjangkau. Hanya berkisar Rp 30.000 per kilogram.
“Kita pasarkan di seluruh DIY. Selain itu juga di facebook dan instagram,” tutupnya.
Selain memproduksi geplak, Purwasih juga membuat wajik klethik, kudapan ketan dengan tekstur yang agak keras dan bungkusan kecil-kecil. (riz/hdl)