Jakarta (pilar.id) – Tahun 1779 adalah tahun yang bersejarah bagi dunia astronomi, karena saat itu Edward Pigott menemukan Galaksi Mata Hitam, sebuah galaksi spiral yang memiliki jalur debu gelap di depan intinya.
Penemuan ini dilakukan pada tanggal 23 Maret, dan kemudian dikonfirmasi oleh dua astronom lain, Johann Elert Bode dan Charles Messier, pada bulan April dan tahun berikutnya.
Galaksi Mata Hitam menarik perhatian para ilmuwan karena memiliki dua piringan gas yang berputar berlawanan arah, yang mungkin disebabkan oleh peleburan dengan galaksi lain atau pengaruh medium intergalaktik.
Galaksi ini juga dijuluki Mata Setan karena bentuknya yang gelap dan misterius. Galaksi ini terletak sekitar 17 juta tahun cahaya dari Bumi dan bisa diamati dengan teleskop kecil pada rasi bintang Coma Berenices.
Penemuan Galaksi Mata Hitam ini tentu menjadi daya tarik tersendiri. Galaksi Mata Hitam juga disebut sebagai salah satu galaksi yang paling menarik perhatian para astronom karena memiliki jalur debu gelap yang melintang di depan inti galaksinya yang terang.
Penemuan Galaksi Mata Hitam memberikan wawasan baru tentang proses pembentukan dan evolusi galaksi. Salah satu hal yang unik dari galaksi ini adalah adanya dua cakram gas yang berputar berlawanan arah di dalamnya.
Hal ini menunjukkan bahwa galaksi ini mungkin mengalami tabrakan atau peleburan dengan galaksi lain di masa lalu.
Dengan mempelajari Galaksi Mata Hitam, para astronom dapat memahami lebih baik bagaimana interaksi antargalaksi dapat memengaruhi struktur dan dinamika galaksi.
Selain itu, penemuan Galaksi Mata Hitam juga membuka peluang untuk menemukan galaksi-galaksi lain yang memiliki ciri-ciri serupa atau bahkan lebih aneh lagi.
Sang Penemu
Sebagai penemu Galaksi Mata Hitam, Edward Pigott kemudian jadi bahan pembicaraan di kalangan astronomi dunia.
Nama Edward Pigott sendiri sebelumnya dikenal sebagai astronom yang terkenal sebagai salah satu pendiri studi tentang bintang variabel.
Ia lahir pada tahun 1753 dan meninggal pada tahun 1825. Ia adalah anak dari Nathaniel Pigott, seorang astronom dan surveyor. Edward Pigott belajar di Prancis dan membantu ayahnya dalam observasi transit Venus pada tahun 1769 dan transit Merkurius pada tahun 1786.
Ia juga menemukan nebula di Coma Berenices pada tahun 1779 dan komet periode pendek D/1783 W1. Ia juga melakukan pengamatan satelit-satelit Jupiter dan metode penentuan bujur dengan transit bulan.
Pada tahun 1781, keluarganya pindah ke Bootham, Yorkshire, di mana ia membangun sebuah observatorium bersama ayahnya. Di sana ia bekerja sama dengan John Goodricke, penemu periode variasi cahaya Algol (β Persei).
Pigott juga menemukan variabilitas η Aquilae pada tanggal 10 September 1784 dan menentukan periode variasinya sekitar 7 hari, 4 jam, 38 menit. Pigott mencoba membuat sistem fotometrik untuk mengukur variasi kecerahan bintang dengan lebih akurat.
Pigott dan Goodricke adalah orang pertama yang menunjukkan bahwa variabilitas bintang sering berulang. Pigott dapat dikatakan sebagai pendiri studi tentang variabilitas bintang.
Pada tahun 1786, ia menerbitkan katalog 50 bintang variabel dan menulis bahwa “penemuan-penemuan ini mungkin akan memberikan cahaya baru bagi astronomi di masa depan”. Kemudian ia mengumumkan variabilitas bintang yang sekarang dikenal sebagai R Scuti dan R Coronae Borealis.
Selama perang Napoleon berhenti sejenak, Pigott kembali ke benua Eropa tetapi tertahan oleh perang yang kembali meletus dan ditahan di Fontainebleau untuk sementara waktu.
Di sana ia menulis sebuah studi baru tentang periode R Scuti dan mencoba menjelaskan variabilitas bintang dengan model bintang berputar yang memiliki bercak-bercak. (ret/hdl)