Jakarta (pilar.id) – India mengeluarkan kebijakan pelarangan ekspor gandum pada Sabtu (14/5/2022) karena mengalami serangan gelombang panas yang membatasi produksi. Kebijakan ini tidak bisa dianggap biasa, sebab, Indonesia mengimpor sepertiga gandum dari India.
Menanggapi hal itu, Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengatakan, pihaknya tengah mempelajari kebijakan India tersebut. Lutfi memahami bahwa kebijakan larangan yang dikeluarkan India untuk memprioritaskan kepentingan nasional.
“Jadi kita mengerti apa yang mereka maksud, mudah mudahan tidak terlalu lama juga supaya perdagangan internasional berjalan dengan baik juga,” ujar Lutfi, Selasa (17/5/2022).
Kendari demikian, Lutfi memastikan bahwa pasokan gandum aman hingga tiga bulan ke depan. Nantinya, Indonesia akan kembali berkoordinasi dengan India untuk membicarakan larangan ekspor gandum tersebut.
“Sementara ini kita punya stok untuk 3 bulan kedm depan secara aman. Kita berprinsip abis 3 bulan ini baru kita bicarakan lagi,” kata dia.
Adapun sebelum larangan itu India menargetkan rekor pengiriman 10 juta ton tahun ini. Pembeli gandum global mengandalkan pasokan dari produsen gandum terbesar kedua di dunia setelah ekspor dari wilayah Laut Hitam anjlok menyusul invasi Rusia ke Ukraina pada akhir Februari.
Gandum berjangka Amerika Serikat (AS) dan Eropa naik hampir 6 persen. Pasar Chicago yang merupakan patokan global, semula mencapai batas perdagangan harian dan harga Paris mendekati level tertinggi sepanjang massa.
Tercatat per 14 Mei 2022, harga gandum di India telah meningkat ke rekor tertinggi di beberapa pasar spot hingga mencapai 25.000 rupee per ton, dibandingkan dengan harga dukungan minimum yang ditetapkan pemerintah sebesar 20.150 rupee. (her/hdl)