Semarang (pilar.id) – Digadang bakal jadi ikon destinasi populer dan favorit rupanya jembatan kaca hutan Tinjomoyo belum bisa dibuka untuk umum.
Jembatan kaca hutan Tinjomoyo meski sudah dilakukan grand opening namun belum bisa dimaksimalkan terutama saat libur Lebaran.
Bahkan sangat dimungkinkan libur Lebaran 2023 belum bisa dibuka untuk bisa dikunjungi oleh para wisatawan.
Walikota Semarang Heveaarita Gunaryanti Rahayu atau Mbak Ita menyatakan bahwa selama belum ada standar operasional prosesdur (SOP) keselamatan dan kelayakan maka jembatan kaca Tinjomoyo dilarang dibuka untuk umum.
“Kan saya minta ada SOP itu kan karena medeni (menakutkan). SOP itu dibuat untuk mengantisipasi kejadian yang tidak diinginkan,” kata Mbak Ita, Kamis 16 Februari 2023.
Mbak Ita menilai, eksisting jembatan kaca hutan Tinjomoyo dilihat dari akses tangga naik cukup menukik. Kemudian lebar jembatan sempit dan ketinggian yang curam.
Karenanya, Wahana wisata adrenalin tersebut wajib mengantongi SOP sebelum dibuka untuk umum. Sebab keselamatan pengunjung adalah yang utama.
Kajian SOP meliputi tentang bagaiman keselamatan dan kekuatan kelayakan untuk menahan beban diatas Jembatan Kaca Hutan Tinjomoyo.
Mbak Ita menilai, dari sisi konstruksi bangunan, Jembatan Kaca Hutan Tinjomoyo cukup tinggi.
Selain itu, sempitnya lebar jalan jembatan juga wajib jadi pertimbangan untuk uji kekuatan beban daya tahan tampung.
“Karena itu jeru lho (jarak kebawah curam). Jadi melihat dari tingginya dan masih ada beberapa bagian yang belum dibenahi. Lha itu kalau jorog-jorogan (saling dorong) itu gimana,” katanya.
Oleh karenanya, Mbak Ita meminta aspek atau indikator SOP untuk bisa segera ditetapkan, mengatur siapa aja yang boleh naik dengan pertimbangan secara fisik dan psikologis.
Kemudian, akses jalur keluar dan masuk pengunjung ke dari jembatan kaca juga wajib diatur.
Termasuk pengaturan durasi waktu berapa lama pengunjung boleh berada di atas jembatan kaca tersebut. Kemudian lantong parkir juga perlu dipikirkan.
Mbak Ita juga mengingatkan perlunya aspek penanganan jika ada kejaadian semisal kecelakaan. Bagaimana penanganannya daan apakah di situ ada fasilitas kesehatan sekaligus dokternya dan lain sebagainya.
“Jadi ya SOP nya saya minta harus diperjelas secara detail,” katanya.
Mbak Ita meminta dinas terkait untuk segera berkoordinasi dan bersinergi dalam menyusun SOP jembatan kaca hutan Tinjomoyo secepatnya.
Terutama untuk Dinas Pekerjaan Umum sebagai leading sektor dalam proyek pembangunan dan Dians Pariwisata sebagai pengelola nantinya.
Kurang sinkronnya sinergitas antar dinas inilah yang membuat pengoperasian Jembatan Kaca Hutan Tinjomoyo tertunda. Padahal sudah diresmikan beberapa waktu lalu.
“Jadi ini kekurangan dari temen-temen (Dinas Pekerjaan Umum dan Dinas Kebudayaan dan Partiwisata) tidak bisa saling berkolaborasi dari awal. Mestinya kan, o ya ini tak bangun jembatan kaca, o begitu. Jadi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata harus membuat SOP,” kata Mbak Ita.
Sebenarnya, kata Mbak Ita, soal kelayakan jembatan menurut kajian sudah termasuk layak. Hanya saja menurut Walikota perlu ada uji coba agar SOP yang akan dibuat itu berdasarkan kondisi objektif jembatan tersebut.
“Karena walaupun sekarang dianggap layak, kan juga perlu perawatan dan antisipasi hal-hal yang tidak diinginkan,” kata Mbak Ita.
Ia menegaskan belum memberi ijin untuk membuka akses jembatan kaca Tinjomoyo untuk umum saat libur Lebran untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
“Soal apakah akan diresmikan sebelum lebaran, ya itu tergantung kalau SOP nya sudah selesai. Kalau belum ya aku nggak mau meresmikan. Nanti kalau nanti ono ciloko (ada kecelakaan) kan yang disalahin ya pemerintah,” katanya. (Aam)