Jakarta (pilar.id) – Epidemiolog dari Centre for Environmental and Population Health Griffith University Australia, Dicky Budiman menilai, dibatalkannya pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level 3 di seluruh wilayah Indonesia saat momen Natal dan tahun baru (Nataru) 2022 adalah langkah tepat.
Menurut dia, pemerintah tetap menerapkan level PPKM berdasarkan situasi dan kondisi di suatu daerah. Apabila kondisi Covid-19 di suatu daerah meningkat, maka level PPKM harus ditingkatkan, begitu pun sebaliknya.
“Dari awal saya tidak setuju PPKM level 3 diterapkan di semua daerah saat Nataru,” kata Dicky kepada Pilar.id, Selasa (7/12/2021).
Di sisi lain, kata Dicky, potensi gelombang ketiga di Tanah Air tidak hanya berkaitan dengan PPKM. Menurutnya, potensi gelombang ketiga sangat erat kaitannya dengan jumlah masyarakat yang rawan atau belum memiliki imunitas.
Lebih lanjut, menurut Dicky, PPKM hanya salah satu alat untuk melindungi orang-orang yang belum memiliki imunitas atau belum divaksin tersebut. Karena apabila bicara bagaimana untuk mencegah terjadinya gelombang, ialah meningkat vaksinasi, meningkatkan 3T (tracing, testing, dan treatment) dan 5M (mencuci tangan, memakasi masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas).
“PPKM bertingkat harus dijaga konsistensinya sesuai indikator. Terpenting ialah 3T, 5M dan vaksinasi. Ini yang cenderung longgar dan harus diperbaiki,” pungkasnya.
Sebagai informasi, alasan pemerintah membatalkan PPKM level 3 saat Nataru karena capaian vaksinasi dosis pertama di Jawa-Bali yang sudah mencapai 76 persen dan dosis kedua yang mendekati 56 persen. Vaksinasi lansia terus digenjot hingga saat ini mencapai 64 dan 42 persen untuk dosis pertama dan kedua di Jawa Bali.
Sebagai perbandingan, belum ada masyarakat Indonesia yang divaksinasi pada periode Nataru tahun lalu. Hasil sero-survei juga menunjukkan masyarakat Indonesia sudah memiliki antibodi Covid-19 yang tinggi.
Di sisi lain, melalui penguatan 3T dan percepatan vaksinasi dalam satu bulan terakhir, Indonesia saat ini lebih siap dalam menghadapi momen Nataru. Pemerintah mengklaim, testing dan tracing tetap berada pada tingkat yang tinggi, meski kasus rendah, dan lebih baik dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. (her)