Jakarta (pilar.id) – Weight faltering atau kenaikan berat badan yang tidak cukup menjadi satu di antara indikasi kekurangan gizi pada anak-anak. Apabila tidak segera ditangani untuk mencari penyebabnya, maka kemungkinan stunting akan sulit untuk dapat dicegah.
“Kekurangan gizi bisa menjadi pertanda atau penyebab awal anak mengalami stunting dan berpengaruh pada menurunnya tingkat kecerdasan,” kata Dokter Spesialis Anak Konsultan Nutrisi dan Penyakit Metabolik, Prof. dr. Damayanti Rusli Sjarif, Ph.D, SpA(K), Selasa (24/1/2023).
Damayanti menjelaskan, dari kekurangan gizi tersebut akan membuat kenaikan berat badan anak-anak tidak cukup atau dibawah rata-rata dari kenaikan berat badan minimal setiap bulannya. Menyusutnya berat badan ini akan membuat under weight yang berpengaruh pada daya tahan tubuh.
“Dan setelah daya tahan tubuh turun, akhirnya terjadi gizi buruk dimana akan mempengaruhi pembentukan hormon pertumbuhan,” terangnya saat Seminar Media Hari Gizi Nasional (HGN) 2023 yang digelar secara daring.
Saat hormon pertumbuhan berkurang, lanjutnya pertumbuhan tinggi badan juga akan turut berhenti. Dimana apabila dibiarkan, maka akan berlanjut ke stunting.
Dikatakan Damayanti, anak-anak yang mengalami weight faltering selama dua bulan pertama, setelah berusia delapan tahun jumlah IQ nya akan mengalami perbedaan tiga hingga empat poin dibanding anak-anak yang tidak mengalami weight faltering.
“Kalau segera diatasi, anak-anak dengan weight faltering ini tingkat IQ nya akan berbeda tiga sampai empat daripada anak-anak yang tidak (tidak mengalami kekurangan gizi),” paparnya.
Sedangkan, apabila tidak segera teratasi maka anak akan mengalami gizi kurang atau gizi buruk, dimana 65 persen diantaranya mempunyai IQ nya berada di bawah 90.
“Menurut penelitian, anak yang pernah mengalami gizi kurang di usia satu tahun pertama, 65 persen itu IQ-nya di bawah 90, diartikan hanya mampu sekolah hingga jenjang SMP,” tuturnya.
Sementara, apabila kondisi kekurangan gizi tersebut terjadi berkepanjangan, maka akan membuat stunting dan terjadi penurunan IQ pada anak mencapai 15-20 poin.
Meski begitu, masih ada harapan yakni dengan pemberian stimulasi dan asupan makanan yang tepat.
“Kalau kita sedang memperbaiki sampai dua tahun, dan mengontrolnya sampai umur lima tahun IQ yang turun tidak terlalu banyak,” ujarnya.
Selain menurunnya kecerdasan, imbuhnya kekurangan gizi pada anak juga menyebabkan oksidasi. Anak-anak pun bisa mengalami over weight dan risiko mengalami penyakit tidak menular.
“Jangka panjang dari kekurangan gizi ini bisa menyebabkan oksidasi. Jika sudah terjadi, saat dikasih makan yang normal pun lemaknya tetap ditahan, jadi membuat overweight. Tentu akan berpengaruh dengan kualitas SDM di masa depan,” tutupnya. (riz/din)