Jakarta (pilar.id) – Direktur Citra Publik Indonesia (CPI) dari Lembaga Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Hanggoro Doso Pamungkas, menganggap bahwa persaingan dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 layak menjadi topik penting dalam bidang ilmu politik dan juga sebagai materi dalam pembelajaran.
Denny JA menyatakan bahwa, “Meskipun kampanye resmi Pilpres antara Prabowo, Ganjar, dan Anies belum dimulai, berbagai aspek pertarungan mereka sudah menjadi konten kelas dalam Program Mini MBA Marketing Politik.” Pernyataan ini dia sampaikan melalui keterangan tertulisnya di Jakarta pada Sabtu (12/8/2023).
Program Mini MBA Marketing Politik merupakan kerja sama antara LSI Denny JA, Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung, dan platform pembelajaran daring Kuncie.
Dalam program tersebut, Denny membahas teori marketing politik yang mencakup studi kasus aktual, yakni Pilpres 2024 di Indonesia. Ia memanfaatkan berbagai teori marketing politik untuk mengulas persaingan antara Prabowo, Ganjar, dan Anies.
“Pemilihan presiden adalah sebuah mikrokosmos, sebuah contoh mini dari perilaku politik para elit dan psikologi pemilih. Praktik-praktik politik ini adalah materi penelitian yang paling mutakhir dan relevan dalam merumuskan atau memperbaiki ilmu politik konvensional,” paparnya.
Denny juga berbicara tentang tren-tren terkini dalam masyarakat. Menurutnya, kadang-kadang ilmu politik yang kaku kesulitan untuk merespons hal-hal baru yang muncul.
Salah satu studi kasus yang dia ulas adalah pemilihan presiden Amerika Serikat antara Joe Biden dan Donald Trump pada tahun 2020. Pemilu tersebut tercatat sebagai salah satu yang paling kontroversial dalam sejarah Amerika Serikat. Studi kasus ini menjadi topik utama dalam diskusi di berbagai universitas di seluruh negeri AS.
Dalam beberapa kelas, perbincangan lebih fokus pada faktor-faktor strategis dan politik yang berperan dalam kemenangan Biden. Misalnya, bagaimana kampanye Biden berhasil menarik pemilih dari pinggiran kota atau kelompok minoritas seperti orang Afrika-Amerika. Atau bagaimana penanganan Trump terhadap pandemi COVID-19 merusak peluangnya untuk terpilih kembali.
Sementara itu, dalam kelas lain, perhatian tertuju pada kekuatan sosial dan budaya yang membentuk dinamika pemilihan. Misalnya, peran ras, gender, dan kesenjangan ekonomi dalam pemilu. Atau bagaimana media sosial memengaruhi cara pemilih mengakses informasi.
Dalam beberapa kelas, diskusi lebih berfokus pada aspek negatif pemilu, termasuk maraknya ujaran kebencian dan penyebaran informasi yang salah.
Namun demikian, dalam beberapa kelas lain, perhatian diberikan pada aspek positif pemilu, seperti partisipasi yang lebih tinggi dari pemilih muda dan keragaman etnik. Tidak hanya golongan kulit hitam dan hispanic, namun juga masyarakat keturunan Asia semakin terlibat dalam proses pemilihan.
Denny menyebut bahwa LSI Denny JA telah melakukan riset nasional setiap bulan sejak April 2023. “Bayangkan, setiap bulan kami melakukan riset! Hingga Pilpres selesai pada Februari 2024, akan ada 11 hasil riset nasional. Sayang rasanya jika data sebanyak ini hanya digunakan untuk konferensi pers,” ungkap Denny.
Ia juga menekankan bahwa berbagai karya akademis, seperti skripsi, tesis, dan disertasi, dapat dikembangkan dengan memanfaatkan hasil survei nasional selama 11 bulan tersebut.
“Inti dari riset ini memang fokus pada pertarungan calon presiden antara Prabowo, Ganjar, dan Anies. Namun, berbagai isu nasional terkait juga telah dieksplorasi dalam riset tersebut,” lanjutnya.
LSI Denny JA berencana untuk mempublikasikan buletin akademik dalam dua bahasa, yaitu Indonesia dan Inggris, mulai dari bulan Agustus 2023. Buletin ini akan terbit setiap bulan dan diharapkan menjadi sumber referensi bagi pembaca di dalam dan luar negeri yang ingin mempelajari Pilpres 2024 di Indonesia sebagai studi kasus yang menarik. (hdl)