Surabaya (pilar.id) – Bermula dari bosan dan memiliki waktu luang yang cukup banyak selama kuliah dalam jaringan (daring), mahasiswa Universitas Negeri Surabaya (UNESA), Eliezer Cristiawan Dua Lembang, mencari kesibukan dengan mengikuti beberapa lomba. Dari berbagai lomba itu, ia mendapat reward berupa uang dari perguruan negeri Surabaya itu, sejumlah Rp 36,75 juta, melalui program Simpelmawa.
Pada pilar.id, Eli nama panggilannya, bercerita tentang kegigihannya dalam menggapai prestasi. Ia menceritakan jika kegiatannya sebagai mahasiswa yang dilakukannya secara daring, membawanya memiliki waktu luang banyak. Kesempatan itulah yang dimanfaatkan oleh Eli untul ikut berbagai lomba di bidang fotografi yang menjadi kegemarannya sejak Sekolah Menengah Pertama (SMP)
“Fotografi hobi saya, sejak perkuliahan dilakukan penuh secara daring, saya mulai rajin mengikuti berbagai lomba fotografi untuk mengisi waktu luang yang cukup banyak, sekalian memghilangkan rasa bosan,” ucap mahasiswa jurusan Pendidikan Luar Biasa ini.
Lebih lanjut, Eli menjelaskan, ketika itu dirinya belum mengetahui adanya program Simpelmawa. Namun dirinya diberitahu oleh Bagian Kemahasiswaan, saat dirinya menjadi juara kedua pada kompetisi fotografi yang diselenggarakan oleh Universitas Indonesia (UI) dan seorang temannya yang mendapatkan juara 3, namun berbeda jurusan.
“Awalnya kampus tidak tahu kalau saya juga anak Unesa. Akhirnya kampus melacak, dimintakan sertifikat juara dan peserta. Kebetulan waktu itu saya, mengirim 25 sertifikat, awalnya di drive kemahasiswaan dan di upload ke Simpelmawa. Waktu itu Simpelmawa belum dibuka untuk mahasiswa umum,” sebut Eli.
Tak berhenti di 25 sertifikat, hingga pada suatu hari Eli meminta biaya akomodasi kepada kampus untuk berkompetisi di Padang. Ia diminta oleh kemahaisiswaan untuk membuka sendiri Simpelmawa untuk mengisi sendiri prestasi yang diraihnya. Eli pun membagikan hingga 60 sertifikat yang semua mendapat juara.
“60 sertifikat itu rata-rata tingkatan nasional dan satu internasional. Sertifikat itu saya dapat dari tahun 2021 saja. 60 itu yang menang, yang tidak juaranya dua kali lipat dari total juara, lebih dari 130 event lomba selama setahun Dalam satu minggu bisa mengikuti datu, dua lomba, hingga lima lomba sekaligus. Jadi dicobai semua” ucap mahasiswa semester 6 ini.
Pemuda kelahiran Nganjuk ini bercerita, jika hobi fotografinya mulai ia geluti sejak SMP dengan mengikuti komunitas Bis Mania. Dalam komunitasnya, Eli sering memotret bus di terminal. Berlanjut Sekolah Menengah Kejuaran, saat itulah ia mulai memberanikan diri mengikuti lomba, hingga mendapat juara di tingkat nasional.
“Di SMK saya berfikir, hobi ini bisa dijadikan uang, seperti side job, biar lebih bermanfaat. Serta tak ada salahnya mengikuti lomba, dari lomba bisa melatih jiwa berkompetensi, juga ajang latihan buat mengasah soft skill,” terang pemuda 22 tahun ini.
Ke depan Eli tak hanya berhenti pada satu bidang, namun juga mengembangkan keahliannya, seperti di bidang poster, serta lainnya.
“Sejauh ini, saya masih ikut lomba-lomba fotografi, kedepannya tidak puas saja kalau hanya di fotografi, kayaknya mau coba di poster, sama mau coba-coba di bidang lainnya,” katanya.
Eli juga berpesan kepada teman-teman lainnya, yang merasakan kebosanan atau memiliki waktu luang saat kuliah daring ini, untuk mencoba ikut lomba dalam melatih keahlian dan mencari pengalaman.
“Karena masa mahasiswa itu dikhususkan untuk mencoba hal-hal yang belum pernah dan ingin kita coba. Supaya 4 tahun yang digunakan cari gelar tidak sia-sia, tak hanya gelar, tapi juga dengan soft dan hard skill yang meningkat dan koneksi lebih luas serta dapat pengalaman-pengalaman yang baru,” tutup Eli. (jel/hdl)