Surabaya (pilar.id) – Lebaran adalah momen yang dinantikan oleh banyak orang, tetapi karena beberapa alasan, banyak mahasiswa yang merantau harus menerima kenyataan merayakan Lebaran di tanah rantau.
Hal ini dirasakan oleh Mesy Indriani, seorang mahasiswa asal Sumatera Barat program studi Teknologi Hasil Perikanan Universitas Airlangga. Tahun ini, ia merayakan Lebaran di kos untuk kali kesekian.
Mesy mengakui merasa sedih karena tidak bisa menjalankan ibadah Ramadan dan Lebaran di rumah serta tidak bisa merasakan buka bersama keluarga, makan masakan rumah, dan berkumpul bersama keluarga.
“Saya berusaha menciptakan kebahagiaan bagi saya sendiri,” ungkapnya.
Ia menggunakan libur Lebarannya dengan tetap produktif dalam berbagai kegiatan, seperti mengikuti MSIB di Badan POM dan memanfaatkan waktu luangnya untuk mengembangkan diri dengan belajar bersama mitra terkait.
“Saya juga mengerjakan tugas kuliah dan melaksanakan sholat Idul Fitri di masjid terdekat bersama teman-teman,” tambahnya.
Mesy tidak hanya fokus pada pengembangan diri yang efektif, tetapi juga mengisi waktu luangnya dengan hal-hal yang santai dan menyenangkan, seperti berlibur dengan teman-teman seperjuangan lainnya dan membuat kerajinan.
Meskipun merayakan Lebaran di kos, Mesy tetap dapat menjalin silaturahmi dengan keluarga di tanah Minang melalui media online.
Menurutnya, libur Ramadan adalah waktu yang tepat bagi mahasiswa untuk mengerjakan kegiatan lainnya dan bersantai.
Lebaran tahun ini menjadi langkah awal dalam pembentukan karakter yang mandiri bagi mahasiswa. Mesy berharap bahwa seluruh mahasiswa yang merantau di Unair dapat menjadi orang yang lebih taat kepada Allah dan semoga tahun depan mereka dapat pulang kampung saat Lebaran. (hdl)