Jakarta (pilar.id) – Presiden Joko Widodo (Jokowi) tiba di Ibu Kota Ukraina, Kyiv, usai menempuh perjalanan 12 jam menggunakan kereta api melalui Polandia. Dengan begitu, Jokowi menjadi pemimpin negara Asia pertama yang berkunjung ke Ukraina usai invasi.
Pengamat hubungan internasional dari Universitas Indonesia (UI), Yon Machmudi mengatakan, posisi Indonesia dalam blok antara Amerika Serikat (AS) dan Rusia juga diperebutkan. AS ingin Indonesia bisa mendukung secara tegas. Pada posisi sebaliknya, Rusia juga berkepentingan untuk mendapatkan dukungan moral dari Indonesia.
Dalam melihat situasi seperti ini, kata dia, Indonesia perlu memainkan perannya sebagai penyeimbang diantara kekuatan itu. Karena bagaimanapun juga, perang Ukraina-Rusia bukan hanya melawan Ukraina. Di balik Ukraina, ada AS dan NATO.
Berangkat dari hal tersebut, Yon menilai peran Indonesia menjadi sangat penting, di tengah ketegangan Rusia dan Ukraina yang didukung AS dan NATO.
“Maka upaya untuk menghentikan perang yang disampaikan oleh Indonesia guna memperkuat dialog, saya kira ini menjadi sangat relevan dan cukup menjanjikan,” kata Yon kepada Pilar.id, Rabu (29/6/2022).
Paling tidak, lanjutnya, kunjungan Jokowi ke Ukraina dan Rusia dapat mengurangi intensitas perang. Kunjungan dan dialog Jokowi bisa mengurangi meluasnya perang yang tidak hanya berdampak kepada Ukraina saja, melainkan juga berdampak kepada seluruh dunia.
Di sisi lain, kunjungan Jokowi bisa menjadi contoh bagi negara-negara lain untuk berkunjung juga membawa misi perdamaian ke Ukraina dan Rusia.
Pada dasarnya Yon berharap bahwa peperangan bisa disudahi dan Ukraina maupun Rusia bisa menemukan titik temu, serta saling menghormati kedaulatan masing-masing negara.
“Indonesia, saya kira, sebagai pihak ketiga lebih objektif untuk bisa mencoba memberikan alternatif solusi damai diantara kedua negara,” tegasnya. (her/fat)