Surabaya (pilar.id) – Antusiasme para penggemar sepak bola semakin memuncak seiring mendekatnya Piala Dunia U-17, sebuah momen dinanti yang ditandai dengan Indonesia sebagai tuan rumah ajang bergengsi ini.
Setelah FIFA mengumumkan Indonesia sebagai tuan rumah, Ketua Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI), Erick Thohir, menetapkan Gelora Bung Tomo Surabaya sebagai salah satu stadion penyelenggara.
Dalam konteks ini, seorang Pakar Ekonomi dari Universitas Airlangga (UNAIR), Prof. Dr. Sri Hartini SE MSi, mengungkapkan pandangannya terhadap potensi dan tantangan yang mungkin muncul seiring Piala Dunia U-17 di Surabaya.
Menurut Prof. Hartini, kehadiran event ini dapat memberikan dorongan signifikan terhadap perekonomian lokal.
Hotel, restoran, transportasi, dan bisnis lokal diharapkan akan mengalami peningkatan pendapatan selama ajang tersebut berlangsung. Lebih jauh, ia menyoroti potensi peningkatan penjualan bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
“Ada peluang bagi UMKM untuk meningkatkan penjualan dengan mengkreasikan produk mereka sesuai dengan tema event. Sebagai contoh, penjual ketan dapat menawarkan produk dengan topping berwarna sesuai bendera negara peserta Piala Dunia U-17. Kreativitas dalam menciptakan bendera, kaos, merchandise, dan produk terkait negara peserta dapat menjadi daya tarik tersendiri,” paparnya.
Prof. Hartini juga menekankan bahwa event ini dapat menjadi sarana promosi potensi pariwisata Surabaya. Selain meningkatkan kunjungan wisata, Piala Dunia U-17 diharapkan dapat menciptakan Word of Mouth Communication (WOM) yang berkelanjutan bagi sektor pariwisata kota ini.
“Dalam hal ini, suporter yang datang di Surabaya diharapkan dapat menjelajahi destinasi wisata lokal dengan penawaran paket promosi khusus untuk menarik pengunjung. Diskon tiket masuk wisata dan strategi promosi melalui media sosial bisa menjadi langkah efektif untuk menarik perhatian,” tambahnya.
Namun, di sisi lain, Prof. Hartini juga mencatat potensi konflik yang dapat muncul, termasuk konflik sosial dari para suporter baik yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri.
Oleh karena itu, diperlukan tindakan pengawasan yang ketat dari aparat keamanan, serta sosialisasi kepada masyarakat tentang tanggung jawab bersama terhadap kelancaran acara ini.
Selain dampak ekonomi, Prof. Hartini menyatakan bahwa event ini juga dapat memperkuat ikatan sosial di masyarakat dan meningkatkan reputasi Surabaya sebagai kota yang aman dan menarik untuk dijelajahi.
Koordinasi dan kolaborasi antara pemerintah kota, sektor swasta, dan masyarakat dianggap penting untuk mencapai kesuksesan yang berkelanjutan.
Namun demikian, Prof. Hartini juga memberikan peringatan terhadap potensi gangguan terhadap mobilitas masyarakat setempat dan rendahnya partisipasi mereka dalam event ini.
Oleh karena itu, perlu adanya upaya sosialisasi yang intensif mengenai manfaat event ini sebagai suatu kebanggaan nasional, yang mendapat kepercayaan dari dunia internasional, serta penyusunan program penguatan dengan dukungan sponsor. (ipl/hdl)