Yogyakarta (pilar.id) – Stunting menjadi salah satu masalah yang saat ini coba diselesaikan oleh Pemerintah Indonesia melalui berbagai program yang berlangsung secara nasional.
Kota Yogyakarta menjadi salah satu daerah yang berhasil secara konsisten menurunkan angka stunting di wilayahnya. Hingga awal 2023 ini, Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta berhasil menekan persentase stunting dari 17,10 persen menjadi 13, 8 persen.
Angka tersebut menjadi prevalensi angka stunting paling rendah di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Atas komitmennya, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) RI memberikan piagam penghargaan sebagai wujud keberhasilan usaha dan sinergi dari para stakeholder terkait.
“Keberhasilan ini usaha teman-teman semua dalam menangani serta mencegah stunting di Kota Yogyakarta,” ucap Penjabat Wali Kota Yogyakarta, Sumadi, Rabu (1/3/2023).
Selain sinergi dari organisasi perangkat daerah (OPD), kata Sumadi peran ibu-ibu PKK, dasawisma, kader KB serta kader kesehatan juga tak kalah penting. Termasuk juga dukungan dari TNI dan Polri.
“Tentu harapannya angka stunting kita selalu turun, sehingga kita bisa zero stunting pada 2024,” tambahnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kota Yogyakarta, Edy Muhammad menyebut intervensi stunting perlu dilakukan secara spesifik dan sensitif oleh semua pihak.
“Intervensi stunting kami menyasar pada calon pengantin, ibu hamil dan menyusui, anak bawah dua tahun dan bawah lima tahun melalui posyandu,” bebernya.
Selain itu juga melalui Bina Keluarga Balita (BKB) dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang diintegrasikan serta kegiatan PKK dan kader KB.
Di samping itu, dalam pemberian edukasi makanan tambahan pihaknya menghadirkan inovasi balita sehat ngluwihi mbagehi (melebihi menyisakan) yang diadopsi BKKBN menjadi program dashat sebagai pemberdayaan masyarakat dalam upaya pemenuhan gizi seimbang bagi keluarga berisiko stunting .
“Kami juga membentuk tim percepatan penurunan stunting di tingkat Kota, Kemantren dan Kalurahan. Ada juga Tim Pendamping Keluarga sebagai jembatan bagi keluarga yang berpotensi stunting,” ucapnya. (riz/fat)