Jakarta (pilar.id) – Setidaknya ada 50 filmmaker Indonesia yang berkumpul di ajang Akatara 2020. Di acara ini, mereka akan dipertemukan dengan 60 investor yang berpeluang menjadi penyokong dari perkembangan perfilman di Indonesia.
Diberikan kehormatan untuk membuka acara yang berlangsung mulai 29 Maret hingga 30 Maret 2022 ini, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Uno berharap Akatara 2022 akan mampu mengembangkan ekosistem film di Indonesia.
Selain itu, Sandi juga berharap dengan tumbuhnya ekosistem film, akan mampu mendorong kebangkitan ekonomi dari sektor perfilman. Apalagi, Akatara merupakan jembatan bagi pembuat film dan investor untuk bisa bertemu dan menjalin kerjasama.
“Kami melihat ini bagian kebangkitan ekonomi kita. Saya selalu kagum karena film ini sebagai identitas bangsa, juga menciptakan peluang usaha dan lapangan kerja yang sangat luas,” kata Sandi dalam acara pembukaan Akatara 2022, Selasa (29/3/2022).
Ajang yang sudah berlangsung sejak 2017 itu kembali hadir dengan menyiapkan pertemuan antara 50 filmmaker dan 60 investor untuk mewujudkan film berkualitas dari berbagai jenis film mulai dari animasi, dokumenter, hingga fiksi.
Beberapa film layar lebar yang mendapat pendanaan dari Akatara dan telah dikenal oleh masyarakat di antara “Nyanyian Akar Rumput”, “Darah Biru Arema”, “Darah Biru Arema 2”, “Keluarga Cemara”, dan “27 Steps of May”.
Pengembangan film Indonesia menurut Sandi akan semakin besar dengan semakin banyaknya talenta yang berkembang.
Dengan semakin baiknya ekosistem perfilman Indonesia itu, Sandi juga menyampaikan harapan lainnya agar film- film buatan anak bangsa tidak hanya bisa menyabet prestasi di dalam negeri tapi juga mancanegara.
“Kita harap kita akan melihat film hasil Akatara ini, bisa mendapatkan prestasi. Bukan hanya nasional tapi juga internasional awards. Mungkin bisa saja memenangkan Oscar,” ujar Sandi.
Akatara 2022 yang berlangsung di 29-30 Maret 2022 menjadi puncak setelah serangkaian acara sebelumnya sudah dilakukan mulai dari workshop hingga pelatihan untuk para pembuat film secara hibrida dilakukan di beberapa kota besar seperti Bandung, Palu, dan Padang. (fat/antara)