Jakarta (pilar.id) – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat, sudah ada 1.090 pasien meninggal di masa covid-19 varian Omicron. Dari 1.090 pasien yang meninggal, diketahui 68 persen di antaranya belum divaksinasi lengkap.
Vaksinasi lengkap dua dosis menjadi salah satu upaya mencegah pasien untuk penderita gejala berat hingga risiko kematian akibat terinfeksi covid-19. Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kemenkes, Siti Nadia Tarmidzi menjelaskan, sebanyak 76 persen yang meninggal usianya lebih dari 45 tahun, 49 persen masuk golongan lanjut usia, dan 48 persen memiliki komorbid.
“Kembali kami mengimbau masyarakat, termasuk anak-anak dan kelompok lanjut usia, untuk segera melengkapi vaksinasi karena vaksinasi telah terbukti mampu melindungi kita dari risiko gejala berat hingga kematian akibat terpapar covid-19. Tidak ada lagi alasan kita untuk tidak mau divaksinasi melihat data-data yang ada,” ujar Nadia, Selasa (15/2/2022).
Apabila dibandingkan jumlah kasus meninggal di masa dominasi varian Omicron dengan puncak gelombang varian Delta 2021 lalu, perbandingan kasusnya masih sangat jauh. Per kemarin (14/2/2022), kasus meninggal harian mencapai 145 jiwa per hari, jauh dibandingkan puncak Delta yang menyentuh angka 1.800 jiwa per hari.
Untuk menekan korban akibat terinfeksi covid-19, penguatan pelayanan kesehatan terus dilakukan selain upaya pencegahan melalui percepatan laju vaksinasi, testing dan tracing. Dari sisi kapasitas rumah sakit, per kemarin pukul 18.30 WIB, pasien yang dirawat sebanyak 32 persen dari total ketersediaan tempat tidur dan isolasi.
Artinya, rumah sakit di Indonesia masih memiliki kapasitas yang sangat baik untuk menampung pasien corona. Angka ini baru sementara dan kapasitas ini masih dapat terus ditingkatkan jika memang diperlukan.
Di sisi lain, kesiapan tenaga kesehatan juga terus ditingkatkan. Kekurangan tenaga kesehatan yang masih dapat diatasi oleh fasilitas pelayanan kesehatan melalui pengaturan sumber daya manusia (SDM), sehingga tidak berdampak pada pelayanan kesehatan.
Kemenkes mengimbau agar pasien tanpa gejala (OTG) dan bergejala ringan agar melakukan isolasi mandiri di rumah, atau di tempat isolasi terpusat yang disediakan pemerintah. Hal ini akan mampu meringankan beban rumah sakit hingga 70 persen. Dengan begitu pasien sedang hingga kritis bisa ditangani secara terfokus.
Harapannya, dengan perbaikan layanan ini, masyarakat semakin tenang untuk melakukan isolasi mandiri dan berkonsultasi dengan tenaga kesehatan di rumah masing-masing.
“Sejak adanya perbaikan layanan pengantaran obat bagi pasien isoman yang berkonsultasi melalui platform telemedisin, 85 persen paket obat Kemenkes kini sudah bisa sampai maksimal H+1 sejak pemesanan dilakukan,” pungkas Nadia. (her/fat)