Percayalah, hingga kini, Korean wave atau Hallyu, terus menggempur banyak sendi kehidupan di dunia, termasuk di Indonesia. Fenomena penyebaran budaya pop Korea Selatan ini sejatinya tidak terjadi secara tiba-tiba. Hallyu melibatkan berbagai aspek, termasuk musik, drama televisi, film, makanan, fashion, dan logika bisnis.
Semua bermula pada awal 1990-an, saat pertumbuhan ekonomi Korea Selatan, juga dikenal sebagai Keajaiban di Sungai Han atau Miracle on the Han River, membantu menciptakan fondasi untuk pengembangan industri hiburan.
Keajaiban di Sungai Han pada pertumbuhan ekonomi yang luar biasa yang dialami oleh Korea Selatan pada tahun 1960-an hingga 1990-an. Ekonomi Korea Selatan mengalami transformasi yang sangat cepat dan berhasil mencapai kemajuan yang signifikan dalam waktu yang relatif singkat. Nama Keajaiban di Sungai Han sendiri merujuk pada Sungai Han yang melintasi Seoul, ibu kota Korea Selatan.
Sebuah catatan menyebut, apa yang terjadi pada saat itu memunculkan cara berpikir dan faktor kunci yang menyebabkan keberhasilan Keajaiban di Sungai Han.
Pemerintah Korea Selatan, khususnya pada masa pemerintahan Presiden Park Chung-hee (1961-1979), menerapkan kebijakan ekonomi yang fokus pada industrialisasi. Pemerintah memainkan peran aktif dalam mengarahkan investasi, mengembangkan infrastruktur, dan memberikan dukungan kepada sektor-sektor industri tertentu.
Dari sisi perilaku usaha, Korea Selatan memilih untuk fokus pada sektor ekspor dan industri manufaktur. Ini melibatkan pengembangan industri berat, seperti baja dan kimia, serta pembangunan industri elektronik dan otomotif.
Mengiringi strategi ini, pemerintah Korea Selatan memberikan prioritas tinggi pada pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia. Ini menciptakan tenaga kerja yang terampil dan mampu mendukung sektor industri yang berkembang.
Mereka juga menciptakan hubungan erat antara pemerintah dan sektor swasta, yang kelak diketahui sebagai kunci sukses penguatan ekonomi negara. Pemerintahnya memberikan insentif, dukungan keuangan, dan bantuan lainnya kepada perusahaan yang berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi.
Meskipun krisis minyak pada tahun 1970-an memukul banyak ekonomi, Korea Selatan berhasil mengelolanya dengan baik. Pemerintah mengambil langkah-langkah untuk memperbaiki kondisi keuangannya dan melanjutkan kebijakan industrialisasi.
Korea Selatan juga berhasil mendiversifikasi ekonominya dari sektor-sektor berat ke sektor teknologi dan elektronik, termasuk produksi semikonduktor dan perangkat elektronik konsumen.
Pertumbuhan ekonomi yang pesat ini mengubah Korea Selatan dari sebuah negara yang bergantung pada pertanian menjadi salah satu kekuatan ekonomi terbesar di dunia. Dalam beberapa dekade, Korea Selatan berhasil menciptakan merek-merek global seperti Samsung, Hyundai, dan LG, serta membangun keunggulan dalam industri teknologi informasi dan komunikasi. Ya, Keajaiban di Sungai Han adalah salah satu cerita sukses dari perkembangan ekonomi Asia pada abad ke-20.
Dampak di Industri Hiburan
Saat Psy mengenalkan Gangnam Style, industri hiburan dunia dibikin kalang kabut. Bagaimana Psy, mampu menaklukkan popularitas Katy Perry dan Lady GaGa di MTV EMA. Padahal secara tampang, Psy jelas jauh dari difinisi umum mega bintang.
Lalu berbagai analisa pun muncul. Bahwa ini gelombang baru yang tak terelakkan. Baru? Tidak. Lagi-lagi semua bermula dari Keajaiban di Sungai Han.
Saat drama televisi Korea, seperti What is Love? (1991) dan Eyes of Dawn (1991), mulai mendapatkan popularitas di Asia Timur. Pada saat bersamaan grup musik seperti H.O.T dan Seo Taiji and Boys juga melaju kencang dan membentuk dasar musik pop Korea (K-pop).
Puncaknya, saat gelaran Piala Dunia di 2002 yang diselenggarakan bersama oleh Korea Selatan dan Jepang, memberikan platform internasional yang besar untuk memperkenalkan budaya Korea kepada penonton global.
Lalu didukung penyebaran internet yang cepat dan media sosial membantu menyebarkan konten Korea Selatan ke seluruh dunia, memungkinkan penggemar di luar negeri untuk mengakses dan berbagi lebih banyak konten.
Kemudian, pertengahan hingga akhir 2000-an, drama televisi Korea dan musik K-pop mencapai popularitas yang luar biasa di berbagai negara di Asia dan kemudian di seluruh dunia. Saat itu juga jagad fashion dan gaya hidup Korea Selatan mulai menarik perhatian internasional. Merek-merek fashion Korea dan produk kecantikan K-beauty menjadi tren global.
Korean wave terus berkembang dan memiliki dampak yang signifikan pada industri hiburan global, fashion, dan tren kecantikan. Fenomena ini terus memainkan peran penting dalam mempromosikan kekayaan budaya Korea ke seluruh dunia.
Di sisi lain, sejumlah pelaku bisnis dunia justru mengail inspirasi dari model penguatan ekonomi yang berkelanjutan, bukan showbiz-nya.
Saat gelombang ini datang, dan sejatinya tidak tiba-tiba, siapa bisa menyangkal?